TRAINING NEED ASSESMENT PKP2A III LAN Bekerjasama Dengan GTZ CB KALTIM

Pegawai Negeri Sipil memiliki peran yang penting bagi keberhasilan Pembangunan Nasional, oleh karena itu pengembangan sumber daya aparatur diarahkan agar benar-benar mampu memiliki etos kerja yang produktif, trampil, kreatif, memiliki tanggung jawab dan profesional.
Salah satu sarana untuk mencapainya adalah dengan penyelenggaraan diklat, dalam diklat perlu ditinjau kembali hal–hal yang berkaitan dengan penerapan metode (teknik dan metode) serta pemilihan sasaran peserta diklat yang benar-benar relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Dan untuk memenuhi kebutuhan itu, Training Need Assesment dirasa paling tepat untuk mengkaji dan mengidentifikasi ketimpangan antara sasaran dengan kenyataan antara kinerja standar dan kinerja nyata. Kali ini PKP2A III LAN Samarinda mencoba melakukan suatu inovasi yang baru dalam penyelenggaraan Training Need Assesment yang berbasis kompetensi dengan menggandeng Proyek Kerjasama Teknis Pengembangan Kapasitas Pemerintahan Daerah di Kalimantan Timur CB-GTZ Pro Bangkit.
Bertempat di Aula PKP2A III Samarinda penyelenggaraan Diklat TNA ini berlangsung selama 14 hari dari tanggal 31 Juli – 13 Agustus 2008 yang meliputi 137 jam pelajaran dan tetap dilaksanakan berdasar pada Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 Tahun 2003 tentang Diklat TNA, hanya saja beberapa komponen materi yang dianggap tidak relevan dihilangkan, dan beberapa komponen lainnya diperkaya dan difokuskan pada TNA bidang SIM dan Administrasi Keuangan.
Penyelenggaraan TNA yang berbeda ini dilakukan karena PKP2A III terus menginginkan perbaikan secara konsisten dan mencoba menemukan formula yang terbaik dalam melakukan perubahan, dan ini semua dilakukan karena CB GTZ Pro Bangkit Kaltim sama-sama memiliki komitmen yang tinggi dalam pengembangan kapasitas khusus-nya LAN, pada elemen SDM Aparatur.
Berbagai pertimbangan yang menjadi dasar penyelenggaraan Diklat TNA yang berbeda kali ini adalah:
Pertama Kalimantan Timur mengelola Anggaran yang sangat besar
Kedua Tingginya Anggaran tidak dibarengi dengan kemampuan pengelolaan administrasi keuangan
Ketiga Jumlah pegawai pemerintah daerah di Kaltim lebih dari 85.000 dimana 67% diantaranya adalah Pegawai Negeri Sipil.
Keempat Tingginya jumlah pegawai tersebut belum dibarengi dengan sistem informasi kepegawaian yang memadai.
Selain itu dasar pemikiran lainnya adalah karena fungsi administrasi keuangan daerah (AKD) dan sistem informasi kepegawaian (SIMPEG) hanya contoh diantara fungsi-fungsi pemerintahan daerah lainnya yang memiliki masalah kinerja. Kompetensi merupakan salah satu faktor dalam sumber daya manusia yang sangat berperan untuk menentukan berfungsinya suatu fungsi dalam organisasi. Faktor yang terkait kompetensi dapat dipecahkan oleh pelatihan, sedangkan yang non kompetensi harus dipecahkan oleh aksi-aksi non pelatihan.
Pelatihan ini membuat peserta terampil dalam menyusun rencana pelatihan, memecahkan kesenjangan kompetensi dan rencana aksi terkait dengan masalah non-kompetensi dalam rangka perbaikan fungsi pemerintahan.
Di akhir pelatihan diharapkan peserta memiliki rancangan program pelatihan dan rencana aksi untuk memperbaiki fungsi AKD dan SIMPEG. Pelatihan mengajarkan hal-hal yang sangat praktis dan sederhana dan memperbanyak porsi waktu untuk praktek dan kerja kelompok
Training Need Assesment ini mengundang narasumber DR. P. Marpaung M.Sc, Drs.Basseng M.Ed dari LAN Jakarta, Ir. Sri Ratna MM, DR. Amir Imbaruddin, Ade Cahyat, Ir. M.Adrianto M.Sm, Firdaus Noor dari team GTZ Pro Bangkit.
Berikut daftar peserta Diklat TNA :
No Nama Instansi
1 Andrianus Hendro Triatmoko, ST LPMP Kaltim
2 Agus Rudiansyah, SE., MM Keuangan Sekda Bontang
3 Asna T. BKD Kota Banjarbaru
4 David Suwito,S.Hut BDK Samarinda
5 Iwan Ristianto, AP, M.AP BKD Kota Banjarmasin
6 Jaswadi UPTD-BPTP Samarinda
7 Julius, A.Md BKD Malinau
8 Nathalia V. Hanye Badan Diklat Tarakan
9 M.Basyir BKD Kabupaten Berau
10 Drs. Sayidi Soekemi, M.Kes Bapelkes Kaltim
11 Hj. Silvia Rahmadina, AP BKD Kota Tarakan
12 Hj. Siti Maimunah Badan Diklat Tarakan
13 Sri Purwati,S.Pd LPMP Kaltim
14 Sriwinarni, S.Sos., M.Si BKD Kota Tarakan
15 St. Djamaliah Atma BKD Kabupaten Berau
16 Syarifuddin Nur, SE Setda Kota Samarinda
17 Yeni Triana Wulan Sari,S.Pd LPMP Kaltim

Workshop Perbaikan Kualitas Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan


PKP2A III LAN Samarinda bekerjasama dengan Kedeputian Tata Laksana Kementerian PAN dan SfGG–GTZ selenggarakan sosialisasi RUU AP di Balikpapan
Bidang Diklat Aparatur PKP2A III LAN Samarinda menyelenggarakan Sosialisasi Rancangan Undang-Undang Administrasi Pemerintahan pada tanggal 12 Juni 2008 di Hotel Novotel Balikpapan. Acara Workshop ini sebenarnya merupakan bentuk dari kepedulian PKP2A III LAN Samarinda untuk mensosialisasikan Rancangan Undang–Undang Administrasi Pemerintahan yang sekarang tengah difinalkan tim interdep dan desain strategisnya telah dikomunikasikan kepada Komisi II DPR-RI.
Pada prinsipnya Rancangan RUU AP ini dibuat atas dasar inisiatif pemerintah, karena adanya beberapa kegamangan bangsa kita dalam penyelenggaraan pemerintah yang dipandang sebagai masalah bangsa, juga kurangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, sehingga citra aparatur pemerintahan dimata publik semakin lama semakin merosot.
Apa sebenarnya kesalahan yang dilakukan dalam pengelolaan Pemerintahan? Dan Aparatur selalu saja menjadi kambing hitam dalam sistem pemerintahan. Agaknya kita harus memikirkan dengan lebih mendalam lagi mengenai langkah-langkah strategis yang akan dilakukan agar tidak mendapat predikat yang buruk dimata masyarakat.
Workshop ini dibuka oleh Kepala LAN yang diwakili oleh Deputi III Bidang Penelitian dan Pengembangan Administrasi Pembangunan dan Otomasi Administrasi Negara, Bapak Drs.Desi Fernanda, M.Soc.Sc. Dalam sambutannya Kepala LAN menyatakan bahwa “Tugas Pemerintahan dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat merupakan bidang yang sangat luas. Begitu luasnya cakupan tugas Administrasi Negara dan Pemerintahan, sehingga diperlukan peraturan yang membatasi kekuasaan administrasi negara dalam menjalankan tugas pemerintahan, pelayanan dan pem-bangunan. Beliau juga mengatakan bahwa RUU AP ini telah melalui proses yang sangat panjang, dari mulai semiloka keilmuan yang mencakup ilmu pemerintahan, ilmu administrasi, ilmu hukum Tatanegara, ilmu hukum Administrasi Negara dan dihadiri para pejabat Meneg PAN, LAN, Departemen Hukum dan HAM, pakar akademisi, Mahkamah Agung dan GTZ.
Rancangan Undang-Undang ini dimaksudkan untuk perbaikan kualitas Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan, yang dapat mempengaruhi secara proaktif proses dan prosedur Administrasi Pemerintahan. Dan RUU AP juga harus mampu menciptakan birokrasi yang semakin baik, transparan dan efisien.
Kementerian PAN, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Asisten Deputi Bidang Tata Laksana menyatakan “ RUU AP ini akan menjadi momentum bagi perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan kedepan, sekaligus akan merubah mind set (pola pikir) dan culture set (pola budaya) aparatur dalam melayani masyarakat”.
RUU AP merupakan salah satu instrumen hukum untuk reformasi birokrasi, dan sekaligus menutup peluang terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme, dan dibuat dengan tujuan:
1. Menciptakan tertib penyelenggaraan administrasi pemerintahan,
2. Menciptakan kepastian hukum,
3. Mencegah terjadinya penyalah-gunaan wewenang,
4. Menjamin akuntabilitas Pejabat Pemerintahan atau Badan,
5. Memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat dan Aparatur Pemerintah,
6. Menerapkan azas-azas umum pemerintahan yang baik,
7. Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat.

Peserta yang hadir mewakili dari berbagai Propinsi seluruh Wilayah Kalimantan. Diantaranya hadir dari Sekretaris Daerah Kota Palangkaraya, Sekretaris Daerah Kota Kapuas, Asisten Tata Praja Kota Banjarbaru, Sekretaris Daerah Kota Pontianak, Sekretaris Daerah Kab. Kutai Timur. Dihadiri pula seluruh Kabupaten/Kota wilayah Kalimantan Timur. Serta praktisi Akademisi Universitas Negeri dan Swasta yang ada di kota Samarinda dan Balikpapan.
Untuk menambah semangat peserta maka dihadirkanlah beberapa narasumber yang diyakini cukup kompeten dengan permasalahan yang dibahas. Para narasumber itu diantaranya: dari Kementerian PAN Jusuf Hariri, dari SfGG-GTZ Peter Rimelle dan Pipit Rochijat Kartawidjaja, Kepala PTUN Medan Santer Sitourus dan dari kalangan akademisi diwakili oleh SF.Marbun.
Suasana semakin menghangat ketika sesi tanya jawab, yang mana peserta aktif sekali bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan RUU AP jika nanti sudah disyahkan dan strategi-strategi yang akan diimplementasikan nantinya ketika mereka sudah di daerah masing-masing.
Disesi akhir tanya jawab nampaknya peserta sudah sangat menginginkan agar rancangan ini segera disyahkan agar tidak ada lagi kebimbangan terutama dikalangan pejabat untuk membuat keputusan yang cepat dan tepat.

Pemerintah Kota Bontang dan PKP2A III LAN Selenggarakan Diklat Bagi Tenaga Fungsional Guru

Guru merupakan ujung tombak dalam membangun manusia Indonesia yang unggul dan kompetitif di masa yang akan datang. Dalam konteks dunia Pendidikan, saat ini keberadaan jabatan fungsional guru sangat dibutuhkan.
Hal ini selaras dengan kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah untuk memprioritaskan pembangunan di sektor Pendidikan yang antara lain dari pengalokasian anggaran Pendidikan yang lebih besar dalam Anggaran APBN/APBD.
Sebagai sub sistem, pendidikan perlu mendapat perhatian yang lebih serius, sebab kenaikan anggaran dan perbaikan prasarana jika tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas guru maka kenaikan anggaran dan perbaikan prasarana akan menjadi tidak efektif.
Permasalahan internal guru sendiri adalah sebagian besar pejabat fungsional ini mengalami kesulitan untuk mengumpulkan angka kredit sebagai akibat kekurangmampuannya dalam menyusun Karya Ilmiah yang merupakan salah satu komponen penilaian pengembangan karir pegawai yang bersangkutan.
Pemerintah kota Bontang sangat aktif untuk mendorong peningkatan kualitas guru di daerahnya. Bukti keseriusan itu dengan mengadakan pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah bagi Guru Angkatan II, yang dilaksanakan di Aula Pendopo Kota Bontang pada tanggal 23 – 27 Juni 2008.
Dalam pelaksanaan Diklat ini Pemkot Bontang untuk kedua kalinya bekerjasama dengan PKP2A III LAN Samarinda sebagai Instansi Pembina Diklat.
Walikota Bontang Dr. H.A. Sofyan Hasdam, Sp.S dalam sambutannya mengatakan persyaratan kenaikan pangkat seorang guru sering terhenti hanya sampai IV/a dikarenakan ketidakmampuan seorang guru untuk membuat karya tulis ilmiah sebagai salah satu persyaratannya, untuk itulah diklat ini diselenggarakan dengan harapan setelah mengikuti kegiatan ini semakin terbuka lagi pikiran untuk menulis dan membuat karya tulis ilmiah, bukan untuk kepentingan kenaikan pangkat dan golongan semata.
Sebagaimana pada penyelenggaraan Diklat PKTI Angkatan I, pada Angkatan II ini LAN tetap menyiapkan tim narasumber, masing-masing Prof. Dr. Dwi Nugroho dan Dr. Teguh Budiharso dari Universitas Mulawarman serta Drs. Bambang Utoyo, M.Si dari Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Samarinda.
Diharapkan kegiatan yang diselenggarakan selama 5 hari ini, ke-41 orang peserta yang mengikuti pelatihan kali ini mampu membuat makalah, diktat, artikel, abstraksi, buku teks dan karya tulis ilmiah lainnya dengan menggunakan metode dan teknik yang sitematis yang telah dipelajari.

KEPALA LAN, KEPALA BKN DAN PJ GUBERNUR KALTIM MENANDATANGANI SAMPUL EDISI PERDANA MAJALAH TD


Bidang Diklat Aparatur PKP2A III LAN Samarinda terus berbenah, salah satunya dengan menerbitkan Majalah Training and Devolepment sebagai media informasi dan komunikasi Diklat Aparatur.

Setelah melalui proses panjang akhirnya majalah Perdana TD ini diluncurkan bersamaan dengan Peresmian dan penandatanganan dimulainya pembangunan gedung PKP2A III LAN Samarinda
Penandatanganan sampul depan Majalah TD Edisi Perdana Bidang Diklat Aparatur PKP2A III LAN oleh Kepala LAN Sunarno.Istimewanya, Launching perdana majalah TD ini ditandatangani oleh 3 orang pejabat penting. Pembubuhan tandatangan pertama dilakukan oleh Kepala LAN Sunarno, diikuti oleh Kepala BKN Edi Topo dan Penjabat Gubernur Kaltim Tarmizi A. Karim. Redaktur Majalah TD Andi Taufik menyatakan bahwa peristiwa bersejarah ini sangat membahagiakan kami karena ditanda tangani 3 orang pejabat penting. Ini tentu akan semakin menambah semangat tim redaksi untuk mengembangkan kreatifitas dalam penerbitan majalah TD.
Seperti diketahui, Majalah ini dibuat untuk mengkomunikasikan berbagai informasi yang berkaitan dengan perkembangan kinerja organisasi dalam pembinaan Diklat agar dapat diketahui oleh Aparatur Pemerintahan khususnya di wilayah Kalimantan.
Kepala LAN dalam sambutannya menyampaikan bahwa sebuah penerbitan akan bertahan lama dan menjadi lebih baik jika dikelola dengan manajemen yang baik dan sumber daya manusia yang profesional.
Semoga dengan kehadiran majalah TD ini, selain menambah jumlah penerbitan di lingkungan LAN, juga dapat memantapkan langkah Lembaga Administrasi Negara dalam membangun sistem dan jaringan di wilayah Kalimantan yang berdaya saing tinggi.

RAPAT KOORDINASI DIKLAT REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2008 DI PALANGKARAYA KALTENG


Penyelenggaraan Rapat Koordinasi Diklat Regional Kalimantan tahun 2008 kali ini diselenggarakan di Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah pada tanggal 17 Juni 2008 merupakan kegiatan rutin tahunan yang kali ini dilaksanakan di Ruang Jayang Tingang Kantor Gubernur Kalimantan Tengah atas kerjasama PKP2A III LAN Samarinda dengan Badan Diklat Provinsi Kalimantan Tengah. Rakor Diklat Aparatur ini diikuti oleh Pimpinan Lembaga Diklat Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Kalimantan, Pimpinan SKPD dalam lingkup Provinsi yang relevan dan Lembaga Diklat Teknis di wilayah Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan serta Instansi Pengelola Kepegawaian dari Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota di wilayah Kalimantan sebanyak kurang lebih 126 orang peserta.
Hadir pada kesempatan tersebut diantaranya Kepala Badan Diklat Provinsi Kalbar, Kabandiklat Provinsi Kalteng, dan para Kepala BKD Kabupaten/Kota diantaranya dari Kaltim yang diwakili oleh Pemkot Bontang.
Tema rakor tahun 2008 adalah “Pengembangan Sistem Penyelenggaraan Diklat yang Profesional dalam Membangun Sumber Daya Manusia Aparatur yang Berkualitas dan Berdaya Saing Tinggi”. Pemilihan topik ini ditujukan untuk meningkatkan koordinasi dan pembinaan antara Lembaga Diklat di Daerah serta diseminasi informasi tentang kebijakan, pengembangan dan permasalahan Bidang Diklat di Daerah serta meningkatkan kompetensi Aparatur Pembina dan Penyelenggara Diklat dalam Penyelenggaraan Diklat yang Profesional.

Dibuka Wagub Kalimantan Tengah
Rapat Koordinasi Diklat se-Kalimantan ini diawali dengan persembahan tarian dayak oleh penari dari Kalimantan Tengah, yang kemudian dilanjutkan sambutan dari panitia penyelenggara dan sambutan Kepala LAN yang dibacakan oleh Deputi IV LAN. Acara rakor ini dibuka oleh Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Bapak Ir. H. Achmad Diran. Keynote speech Gubernur Kalteng disampaikan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Bapak Ir. Thampunah Sinseng, Dipl. HE. Dalam paparannya Gubernur menyampaikan komitmen Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah yang bertekad untuk meningkatkan kompetensi SDM Aparaturnya, tepatnya dengan melakukan efisiensi birokrasi sesuai dengan salah satu misinya yaitu mewujudkan pemerintah yang bersih, profesional dan responsif dalam rangka percepatan pembangunan daerah. Gubernur Kalteng juga mengemukakan berbagai kebijakan dan strategi pengembangan SDM aparatur di Kalimantan Tengah yang dilakukan guna meningkatkan daya saing daerah.
Rapat Koordinasi ini juga menghadirkan Deputi Bidang Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur (Deputi IV LAN), Bapak Noorsyamsa Djumara. Paparan Deputi menyampaikan bahwa ada transformasi institusional melalui Sistem Diklat, transformasi dimaksud dari organisasi birokrasi menjadi organisasi pembelajaran di mana arah kebijakan penyelenggaraan diklat dengan peserta diklat sebagai inputnya, proses meliputi kelembagaan, program, SDM Kediklatan, widyaiswara, sarana prasarana, dan peserta diklat sendiri yang diharapkan menghasilkan output alumni diklat yang memiliki kompetensi diklat.
Narasumber lainnya adalah Kepala Badan Diklat Provinsi Kalimantan Tengah, Drs. Rangkap Inau, MM yang memaparkan kondisi dan permasalahan penyelenggaraan diklat di Kalimantan Tengah dan terakhir dari pakar/praktisi, Bapak Dr. P. Marpaung, yang memaparkan tentang model penyelenggaraan diklat yang profesional dan berbasis kompetensi.
Suasana rakor diklat ini semakin menghangat ketika sesi diskusi berlangsung yang dipandu oleh Kabid Diklat Aparatur PKP2A III LAN Samarinda Drs. Andi Taufik, M.Si. Beberapa masukan yang disampaikan peserta, diantaranya agar dalam pengiriman peserta Diklatpim I dan Diklatpim II tidak diskriminatif, begitupun dengan pemilihan eselonnya. Selain itu alumni diklat juga diharapkan dapat menerapkan ilmu yang didapatkan pada diklat yang diikuti.
Deputi IV dalam tanggapannya mengemukakan bahwa Diklat sebagai suatu komoditas karena ada pasokan widyaiswara, modul dan sebagainya, namun selesai mengikuti diklat, peserta tidak menghasilkan apa-apa. Diklat ada karena ada penawaran dan permintaan sehingga membentuk suatu market yang ada anggarannya.
Rakor Diklat Aparatur ini berakhir dengan beberapa kesimpulan yang diberikan diantaranya diklat akan terus berkembang karena adanya kebutuhan atau komoditas. Untuk itu diperlukan adanya program yang berkesinambungan dalam me-ningkatkan kualitas penyeleng-garaan Diklat, sehingga nantinya dapat efektif dalam pengembangan SDM Aparatur. Untuk itulah Penyelenggaraan Diklat harus dikelola dengan baik dan potensial.

Mewujudkan Good Governance melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Kementerian PAN, SfGG-GTZ dan PKP2A III LAN Samarinda selenggarakan Sosialisasi Penggunaan Manual Praktis sebagai Metode Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di wilayah Kalimantan.

Proyek Support for Good Governance (SfGG) adalah proyek kerjasama antara Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah RI) dengan Pemerintah Republik Federasi Jerman (Pemerintah RFJ) yang telah mengembangkan sebuah metodologi praktis untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang murah, cepat dan berorientasi pada kebutuhan pengguna pelayanan. Metodologi tersebut disusun dalam bentuk Manual Praktis yang diterbitkan dan diedarkan oleh Kementerian PAN melalui Surat Edaran Kementerian PAN Nomor : SE/20/M.PAN/6/2004 tentang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Melalui Partisipasi Masyarakat dalam Rangka Mewujudkan Kepemerintahan yang Baik.
Sampai akhir tahun 2009 Manual Praktis diharapkan sudah digunakan oleh 50 daerah (kabupaten/kota) di seluruh Indonesia.
Untuk mencapai target tersebut, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (KemPAN) dan Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menyatakan kesepahaman dan kesepakatan untuk bekerjasama dalam pelaksanaan dan pengembangan program pendukung kepemerintahan yang baik yang tertuang di dalam Nota Kesepahaman Nomor : SKB/05/S.PAN/4/2008.
Kerjasama ini meliputi kegiatan promosi dan sosialisasi manfaat penggunaan Manual Praktis sebagai metoda peningkatan kualitas pelayanan publik, pemberian asistensi teknis dan/atau fasilitasi penggunaan Manual Praktis kepada instansi/sektor/unit pelayanan pemerintah pusat dan daerah guna peningkatan kualitas pelayanan publik serta pelatihan fasilitator penggunaan Manual Praktis bagi para pejabat/staf pemerintah daerah/sektor/unit pelayanan dan pihak-pihak lain yang memerlukan.
Sampai saat ini telah dihasilkan sejumlah 272 orang fasilitator yang berasal dari 113 kabupaten/kota di Indonesia yang siap memfasilitasi penggunaan Manual Praktis.
Untuk tujuan pendayagunaan sejumlah 272 fasilitator penggunan Manual Praktis tersebut dan untuk pencapaian target 50 daerah pada akhir tahun 2009, maka perlu dilakukan upaya untuk meyakinkan para pengambil keputusan sekaligus pengidentifikasian daerah-daerah baru yang memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas pelayaan publik dengan menggunakan metoda Manual Praktis.

Dalam upaya mensosialisasikan rencana tersebut diselenggarakanlah Diskusi Promosi Penggunaan Manual Praktis, dengan mengundang seluruh Pemerintah Kabupaten dan Kota di seluruh wilayah Kalimantan. Acara dilangsungkan di Aula PKP2A III LAN Samarinda tanggal 29 Juli 2008.
Acara diskusi ini bertujuan:
1. Memberikan informasi tentang metoda Manual Praktis,
2. Memberikan penjelasan mengenai mekanisme penggunaan Manual Praktis dan mekanisme pemberian asistensi kepada daerah mitra kerja,
3. Membagikan pengalaman tentang keberhasilan atau kisah sukses daerah-daerah yang sudah menggunakan Manual Praktis,
4. Memperoleh komitmen para pengambil keputusan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dengan menggunakan Metoda Manual Praktis.
Bertindak sebagai Narasumber dalam acara ini, Assisten Deputi Kementerian PAN Bidang Pelayanan Publik, Kepala PKP2A III LAN Samarinda, Tim Fasilitator Penggunaan Manual Praktis PKP2A III LAN Samarinda, Pejabat Daerah Pengguna Manual Praktis diwakili Direktur Utama PDAM Pemalang, Senior Advisor SfGG-GTZ, serta Konsultan SfGG-GTZ yang juga mantan Principal Advisor SfGG-GTZ Dr. Gunther Felber.
Dari hasil sosialisasi manual praktis yang diselenggarakan, beberapa instansi di daerah menyatakan kesediaan secara verbal untuk menindak lanjuti hasil diskusi, namun tetap menunggu persetujuan dari atasan masing-masing instansi. Adapun surat Assistensi sudah dikirimkan ke beberapa daerah diantaranya:
1. Pemkab Berau
2. Pemkab Kukar
3. Pemkab Kutim
4. Pemkab Malinau
5. Pemkab PPU
6. Pemkot Bontang
7. Pemkot Palangkaraya
8. Bappeda Paser
9. Disduk Capil PPU
10. BKD Kubar
11. KP2T Kota Banjarmasin
12. Sekda Banjarbaru.

Forum Pembinaan Widyaiswara III di Palangkaraya Kalimantan Tengah


"Sistem Andragogi, suatu Orientasi Baru dalam Mekanisme Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Widyaiswara"

PKP2A III LAN Samarinda kembali menyelenggarakan Pembinaan Widyaiswara III bekerjasama dengan Badan Diklat Propinsi Kalimantan Tengah.Pembinaan kali ini mengambil tempat di Kampus Diklat Badan Diklat Propinsi Kalimantan Tengah di kota Palangkaraya.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2008 ini diikuti oleh para Widyaiswara dari Bandiklat Propinsi dan Balai Diklat Teknis di Kalimantan Tengah dengan menghadirkan DR. Eddy M.Pd Pembantu Rektor I Universitas Palangkaraya, sebagai narasumber, dengan mengangkat tema ”Sistem Andragogi, suatu Orientasi Baru dalam Mekanisme Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Widyaiswara”.
Pembinaan Widyaiswara di Kalteng ini dibuka oleh Kepala Badan Diklat Kalimantan Tengah Bapak Drs. Rangkap Inau.
Sementara itu, dalam sambutannya Kapus PKP2A III LAN Samarinda yang dibacakan Plh Drs. Andi Taufik M.Si antara lain menyatakan ”Konsep tujuan Pendidikan diartikan sebagai proses penyampaian pengetahuan dan proses penyampaian kebudayaan yang didasarkan pada pelaksanaan proses belajar mengajar, tentunya dengan pendekatan konsep andragogi”.
Konsep ini intinya adalah proses pematangan dalam diri individu yang bergerak dinamis kearah kemandirian, terjadi secara bertahap dan dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuaan masing-masing. Dalam andragogi seorang menjadi siap mempelajari sesuatu bila ia merasakan kebutuhan untuk mempelajari hal itu, dengan tujuan agar dapat menyelesaikan tugas atau persoalan mereka dengan lebih memuaskan.
Sementara itu dalam materinya narasumber memaparkan bahwa asumsi yang digunakan dalam pembelajaran orang dewasa ada beberapa aspek diantaranya konsep diri, dalam konsep diri itu proses pematangan manusia merupakan kewajaran bagi seorang individu untuk bergerak dari ketergantungan kearah kemandirian. Perpindahan ini secara bertahap dan dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan orang dan dimensi kehidupannya.
Pengalaman, menurut konsep andragogi terjadi selama manusia tumbuh dan berkembang, mereka menyimpan banyak pengalaman dan karena itu akan menjadi sumber yang tak habis-habisnya untuk belajar, baik bagi mereka pribadi mupun bagi orang lain.
Kesiapan Belajar, dalam andragogi orang menjadi siap untuk mempelajari sesuatu bila mereka merasakan kebutuhan untuk mempelajari hal itu.
Orientasi terhadap belajar, dalam andragogi para peserta didik memandang pendidikan sebagai suatu proses pengembangan kemampuan untuk mencapai potensi kehidupan yang paripurna. Orang dewasa juga mempunyai persfektif waktu dalam belajar, dalam arti secepatnya mengaplikasikan apa yang dipelajarinya.
Sesi tanya jawab menjadi hal yang ditunggu-tunggu para widyaiswara, karena ada banyak hal yang memang memerlukan penjelasan yang kongkrit. Diantaranya ada yang bertanya, ”bagaimana anak bisa menjadi dewasa sedangkan orang dewasa saja tidak bisa menjadi dewasa”?.
”Bagaimana perbandingan pendidikan di Indonesia dan di luar negeri”, dan “bagaimana caranya seorang widyaiswara mempunyai standart kompetensi yang baik dan bisa dimanfaatkan”?
Semua pertanyaan para widyaiswara dijawab oleh narasumber dengan penuh antusias, mengingat memang jarang sekali para Widyaiswara di KalTeng mendapatkan pembinaan secara rutin dan komprehensif.
Akhirnya diakhir acara narasumber memaparkan beberapa kesimpulan yang berkaitan materi. Ada beberapa hal penting dalam implikasi pembelajaran orang dewasa, yaitu:
1. Iklim belajar perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa
2. Peserta diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya
3. Peserta dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya
4. Tanggung jawab bersama antara pelatih/fasilitator dan peserta
5. Evaluasi belajar pada diri sendiri
6. Proses belajar ditekankan pada teknik yang sifatnya menyadap pengalaman
7. Penekanan dalam proses belajar adalah pada aplikasi praktis dan pengalaman
8. Kurikulum disusun berdasarkan tugas perkembangannya
9. Adanya konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang dewasa akan memberi petunjuk dalam belajar secara kelompok
10. Pendidik berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar
11. Kurikulum berorientasi pada masalah
12. Pengalaman belajar dirancang berdasarkan pada masalah atau perhatian yang ada dalam benak mereka.

Kepala LAN Meresmikan Dimulainya Pembangunan Gedung Baru PKP2A III LAN Samarinda


Pendirian PKP2A III LAN Samarinda bermula dari adanya keinginan dari beberapa daerah, agar Lembaga Administrasi Negara dapat mendekatkan fungsi pelayanannya kepada pemerintah daerah khususnya di Kalimantan. Keinginan daerah itu kemudian direspon oleh Pimpinan LAN waktu itu Anwar Supriyadi, hingga akhirnya pilihan dijatuhkan pada Provinsi Kalimantan Timur.
Pemilihan Propinsi Kalimantan Timur tentunya tidak terlepas dari komitmen pemerintah daerah untuk membantu dan memfasilitasi pembentukan PKP2A III LAN Samarinda, diantaranya dengan dukungan sarana gedung untuk kantor dan sumber daya manusia di daerah.
Sebagai sebuah institusi yang baru memulai kiprahnya di wilayah Kalimantan, PKP2A III LAN Samarinda terus melakukan pembenahan baik sifatnya internal organisasi maupun pembenahan eksternal melalui sosialisasi dan pelaksanaan program kerja.
Dalam perkembangannya keberadaan PKP2A III LAN Samarinda sudah menunjukkan kemajuan yang baik. Jejaring kerja sudah mulai terbangun dan tugas perkonsultasian serta Pembinaan dan Penyelenggaraan Diklat PNS di daerah juga menunjukkan kemajuan yang signifikan.
Dalam menunjang aktivitas tersebut, tentunya LAN Samarinda sangat mengharapkan segera memiliki fasilitas yang memadai untuk mengukuhkan eksistensinya.
Setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya pada tanggal 11 Agustus 2008 bertempat di Ringroad Jln. HM Ardans dilakukan penandatanganan prasasti sebagai momentum awal pembangunan gedung PKP2A III LAN Samarinda.



Meskipun dalam cuaca gerimis hujan, acara tetap berlangsung dengan hikmat dan lancar, acara ini dihadiri oleh Kepala LAN Sunarno, Pj. Gubernur Tarmizi Karim, Kepala BKN Edi Topo, Kepala PKP2A I Dedi Mulyadi, Kepala PKP2A II Ngadijono, para Pejabat dan unsur Muspida dilingkungan Provinsi Kalimantan Timur, Tokoh masyarakat dan para undangan yang lain.
Anggaran yang diserap dari pembangunan gedung PKP2A III LAN Samarinda ini kurang lebih Empat Puluh Tujuh Milyar Delapan Ratus Enam Puluh Sembilan juta Tiga Ratus Dua Puluh Tujuh Ribu Rupiah (Rp 47.869.327.000) selama 3 tahun Anggaran, dan proyek pembangunan Gedung ini dikerjakan oleh PT Waskita Karya Persero sebagai pemenang pelelangan umum.
Semoga dengan dimulainya Pembangunan Gedung Kantor PKP2A III LAN Samarinda ini dapat meningkatkan dukungan bagi Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/ Kota dalam upaya mensukseskan penyelenggaraan otonomi Daerah.

Gedung Baru Buat LAN Samarinda




Pembaca yang berbahagia,
Berbagai peristiwa dan kegiatan penting mewarnai aktifitas kami di bulan April hingga Agustus 2008 ini. Selain kegiatan rutin Diklat yang biasa menggunakan anggaran DIPA, kami juga harus memfasilitasi beberapa permintaan Kabupaten/Kota (Bontang dan Kutai Timur) dalam membantu menyelenggarakan Diklat Teknis terkait aspek pelayanan publik dan penulisan karya tulis ilmiah.
Peristiwa penting bersejarah lainnya adalah penandatanganan prasasti dimulainya pembangunan Gedung Baru PKP2A III LAN Samarinda. Ini tentunya juga menjadi momentum penting bagi kebangkitan semangat pegawai LAN dalam terus menerus meningkatkan pelayanan kepada stakeholder kita di masa mendatang. Sarana dan pra sarana yang akan berdiri megah tersebut tentunya akan membuat penyelenggaraan kegiatan akan semakin berkualitas dan profesional. Namun demikian sekalipun fasilitas yang digunakan saat ini masih merupakan pinjaman dari pemerintah propinsi, tetap kami berupaya memberikan sentuhan pelayanan prima kepada para pengguna jasa kami.
Kegiatan lainnya adalah kesibukan penting kerjasama dengan Kementerian PAN dan SfGG-GTZ dalam sosialisasi di Samarinda serta mempersiapkan tim dalam memfasilitasi Kabupaten/Kota yang siap dan memiliki komitmen dalam aplikasi Manual Praktis Pelayanan Publik di tahun 2008. Selain itu LAN Samarinda juga membantu dalam mensosialisasikan RUU AP yang kita masih nantikan pengesahannya.
Namun itu semua tentunya tidak menyurutkan semangat kami untuk menjaga konsistensi penerbitan. Kali ini TD menurunkan laporan-laporan dari kegiatan penting tersebut diatas. Selain itu edisi kedua ini juga menurunkan laporan perjalanan Redaktur Majalah TD bersama delegasi Indonesia lainnya ke Bavaria Jerman. Kendati kurang lengkap dan masih akan diturunkan pada edisi berikutnya, namun peristiwa tersebut menjadi relevan untuk didokumentasikan, mengingat pentingnya kegiatan tersebut serta mahalnya kesempatan untuk mengikutinya.
Kami berharap di masa mendatang penerbitan yang sekali dalam 4 bulan ini akan terus dicintai pembacanya. Untuk maksud tersebut kami tim redaksi akan selalu mengharapkan masukan inovatif dan kritikan untuk memacu kami dalam meningkatkan kualitas penerbitan di masa mendatang.
Salam hormat dari Kota TEPIAN Samarinda,

Redaksi

GTZ-SfGG Mengirim Enam Pejabat LAN Mengikuti Pelatihan di Thailand

Belajar dari Penyelenggaraan Pelatihan dengan Grup Internasional ditangani satu Trainer satu Support Staf

Laporan Andi Taufik / Alumni Pelatihan “Change Management I”, Hua Hin Thailand

Seperti diketahui Pemerintah Republik Republik Indonesia diwakili oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara bekerja sama dengan Pemerintah Republik Federasi Jerman dalam hal ini diwakili oleh Deutsche Gesellschaft fuer Technisce Zusammenarbeit (GTZ ) telah sepakat untuk melaksanakan kerjasama teknis dalam Proyek Support for Good Governance (SfGG). Beberapa kegiatan telah berhasil dilaksanakan oleh proyek ini diantaranya adalah Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang telah menghasilkan Manual Praktis Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Melalui Partisipasi Masyarakat dalam Mewujudkan Good Governance. Program lainnya adalah Program Peningkatan Kualitas Administrasi Pemerintahan yang juga telah menghasilkan Rancangan Undang-Undang Tentang Administrasi Pemerintahan (RUU-AP).
Dalam menunjang program tersebut, SfGG-GTZ telah menjalin kerjasama dengan Lembaga Administrasi Negara, khususnya dalam mempersiapkan tenaga fasilitator yang diharapkan dapat berperan aktif dalam memfasilitasi penggunaan Manual Praktis Pelayanan Publik serta mempersiapkan kabupaten/kota yang siap aplikasi. Kerjasama ini dipandang cukup efektif dan diharapkan pada masa mendatang setelah proyek SfGG berakhir masa kerjanya, proyek tersebut dapat di lembagakan dan diteruskan oleh Lembaga Administrasi Negara yang dipandang sebagai institusi yang relevan dan kompeten sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai Instansi Pembina Diklat Aparatur.
Sebagai wujud apresiasi GTZ atas kerjasama tersebut, maka proyek SfGG-GTZ mengirim Pejabat Struktural dan Fungsional LAN untuk mengikuti pelatihan di Thailand. Diakhir tahun 2007 saja ada 6 (enam) Pejabat Struktural dan Fungsional yang dikirim. Dra. Puji Hastuti, M.Pd (Kabag Kepegawaian) dan Dra. Sri Wahyuni Dwiningsih, M.Si (Kabid Akademis Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKP) mengikuti pelatihan Leadership: Attitudes and Skills of Succesful Leaders, pada tanggal 22-26 Oktober 2007 di Bangkok. Kesempatan berikutnya tiga Kepala Bidang Diklat Aparatur masing-masing Baban Sobandi, SE, M.Si ( PKP2A I Bandung), Dr. Muhammad Idris, M.Si (PKP2A II Makassar) dan Drs. Andi Taufik, M.Si (PKP2A III Samarinda) mengikuti Change Management I tanggal 19 – 23 November 2007 di Hua Hin. Masih di kota dan waktu yang sama salah seorang Widyaiswara LAN Ir. Brisma Renaldi juga mengikuti pelatihan Mediation and Negotiation Techniques for Conflict Management.

Satu Trainer satu Support Staff
Pada edisi ini penulis hanya akan menceritakan pengalaman selama penulis mengikuti pelatihan Change Management I. Perjalanan dimulai dari Jakarta. Setelah sehari sebelumnya menginap di Hotel Sahid Jaya Jakarta, keesokan harinya kami terbang selama kurang lebih 3 jam menuju Thailand dengan menumpang pesawat Thai Air. Tiba di Bandara Suvarnabhumi sore hari. Peserta pelatihan dari LAN kemudian bergabung dengan peserta lainnya yang juga di sponsori GTZ yang berasal dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dr. M. Syamsa Ardisasmita, DEA, Deputi Bidang Informasi dan Data KPK yang juga sebagai Plt Sekretaris Jenderal KPK bersama Kepala Biro Kepegawaian serta seorang lagi dari Bappenas. Bertujuh kami menuju Kota Hua Hin yang berjarak 220 km dari Bangkok. Perjalanan dari Bangkok ke Hua Hin bisa ditempuh lewat udara dan darat. Kami menempuh perjalanan darat.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3,5 jam dengan menggunakan minibus yang nyaman, kami tiba di Hyatt Regency sekitar jam 10 malam setelah sebelumnya mampir makan malam di sebuah stasiun pengisian BBM yang dilengkapi restauran dan minimarket. Hotel nya berada di tepi pantai nyaman dan penataan hotelnya asri dan indah. Tentunya sebagai Hotel dengan taraf Internasional, fasilitasnya sangat lengkap dan modern.
Pagi hari setelah sarapan pagi di restauran, kami menuju ke ruang diklat. Tidak nampak kesibukan karena semua tempat dan fasilitas training sudah tertata dengan apik. Hanya ada satu staf pendukung yang mengurusi registrasi dan semua perlengkapan training. Ms. Siriporn KAMALABHIRAMYA nama staf pendukung itu. Ms. Siriporn inilah yang mengurusi semua peserta sejak masih dinegerinya masing-masing. Informasi via internet serta semua pengaturan sistem transportasi (penjemputan di Bandara dan pemulangan, akomodasi, dan perlengkapan) diurus oleh hanya satu orang. Padahal di Indonesia beberapa kegiatan training panitia nya bisa lebih banyak dari peserta nya, itupun masih banyak kesalahan dalam mengurus dan melayani peserta. Pada saat bersamaan Ms. Siriporn mengurus dua kelas Internasional yang paralel.
Pembelajaran dimulai dengan tanpa seremoni pembukaan. Cukup ucapan selamat datang dan diserta sedikit harapan semoga peserta enjoy dalam pelatihan. AMI Managing Director Dr. Ulrich GARTNER, yang juga sebagai Trainer “tunggal” memulai pelatihan dengan acara perkenalan peserta dengan menggunakan media yang dalam pelatihan Pemerintah Republik Federal Jerman di sebut ZOPP. Acara diteruskan dengan penjelasan agenda pelatihan dan fasilitas pendukung yang dapat digunakan peserta, selepas itu acara istirahat. Tempat untuk rehat dibuat di ruang terbuka tanpa kursi, sehingga selama 15 menit peserta dapat memperlancar peredaran darah dengan menikmati hidangan sambil berdiri dan mengobrol sesama peserta.
Kegiatan pelatihan yang dikemas sangat interaktif dan partisipatif membuat peserta betah dan serius tapi santai mengikuti proses pembelajaran. Metodologi yang digunakan menggabungkan input teori, diskusi dan dialog, latihan individu dan grup, studi kasus, tukar pengalaman dan tugas kelompok menjadikan pelatihan ini sangat efektif dan mengesankan. Trainer nya hanya satu orang, pakaiannya saja yang berganti setiap hari. Trainer nya juga melaksanakan tugas untuk mendokumentasikan semua aktifitas dan hasil kerja peserta baik itu proses pembuatan tugasnya hingga produk tugas tersebut. Sebagai Pegawai Negeri yang sudah 14 tahun bekerja di sebuah institusi pembina Diklat Aparatur, tentunya nya ini membuat kami sangat terkesan. Kalau dulunya biasa mendengar ceritanya, kini mengalaminya. Sumberdaya yang digunakan benar-benar sangat efisien dan efektif. Pendekatan nya bukan aspiratif akomodatif tetapi selektif kualitatif. Satu Pelatih satu Panitia. Mimpi ini belum terwujud dalam penyelenggaraan diklat di Indonesia.
Pelatihan Change Management I ini mengambil tema : “How to Understand Management, Organizations and the Management of Organizational Change”. Pelatihan ini diikuti 14 orang peserta terdiri dari 3 (tiga) dari Indonesia, 5 (lima) peserta dari India, 4 (empat) orang dari Pakistan, 1 (satu) Yamen dan 1 (satu) Filipina. Dr. Ulrich sendiri berasal dari Switzerland sedang Ms Siriporn sudah pasti dari Thailand. Hari pertama pelatihan dari pagi hingga siang diisi dengan pemaparan dan pemahaman berbagai konsep dasar, teori-teori manajemen serta manajemen perubahan dan teori-teori organisasi lainnya seperti 7S (the Seven Elements of Strategic Fit) Mc Kinsey dan analisis SWOT. Hari kedua diisi dengan pengenalan terhadap APOA(Appreciative Participatory Organizational Appraisal) dan juga memperkenalkan beberapa alat (tools) yang digunakan dalam pemecahan masalah seperti Diagnostic “Egg” (10-step Diagnosis), Bird’s View, Organizational Value Orientations, Organizational Profile, dan Organizational Culture.
Pada hari ketiga Dr. Ulrich memaparkan konsep dasar dan tools mendesain perubahan organisasi, paparan ini mencakup Cultural Concepts, Phases of Changes, dan Resistance to Change. Selain itu juga diperkenalkan beberapa kombinasi dari penggunaan APOA tools lainnya. Sore hari peserta berdiskusi dengan menggunakan force field analisys. Malam hari ketiga peserta diajak makan malam oleh Dr Ulrich ke sebuah restauran yang menghadap ke pantai. Dengan menumpang beberapa mobil angkutan umum yang mirip oplet di Jakarta tempat duduknya berhadap-hadapan. Semua peserta termasuk trainer di dua kelas yang paralel dengan satu panitia ikut dalam acara ramah tamah tersebut. Sebelum makan malam dimulai, Dr Ulrich diberi kesempatan menyampaikan apresiasinya terhadap para peserta dan suasana pelatihan. Suasana canda tawa mewarnai makan malam bersama tersebut. Restauran seafood ini berada di ketinggian dan nampaknya sangat digemari oleh para turin yang mengunjungi Hua Hin Thailand. Selepas makan malam peserta memanfaatkan waktu mengunjungi “night market” yang letaknya tidak jauh dari restauran tersebut. Pulangnya seperti biasa kami semua menggunakan TUK TUK sebagai kendaraan tradisional di Thailand.
Hari ke empat merupakan inti puncak dari pelatihan. Sepanjang hari peserta mengerjakan tugas kemudian diikuti presentasi dan diskusi. Pada fase ini diskusi diarahkan pada bagaimana aplikasi dan membuat tugas kelompok untuk mengerjakan “proyek perubahan” dalam organisasi masing-masing. Peserta dikelompokkan berdasarkan negara dan institusi, peserta dari Filipina dan Yaman mengerjakan sendiri proyeknya. Hari kelima diisi dengan bagaimana membangun kerjasama tim sehingga bisa dibina untuk melakukan “perubahan” (Phases of Team Development dan The 6 Main Characteristics of Effective and Efficient Teams). Selain itu juga dipaparkan tentang “Change Management-the GTZ Perspective”. Pelatihan 5 hari dengan biaya 995 Euro (tidak termasuk transportasi Jakarta-Bangkok dan lumpsum) tersebut diakhiri dengan evaluasi akhir dan pemberian sertifikat kepada masing-masing peserta dan berfoto bersama menggunakan T-Shirt dan topi yang diberikan sebagai kenang-kenangan dari Asian Management Institute Ltd.
Siang hari setelah penutupan, kami semua meninggalkan Hyaat Regency Hua Hin menuju Bangkok. Tiba di Bangkok sore hari menjelang malam. Di kota Bangkok, peserta diberi fasilitas menginap di Apartemen Center Point Lang Suan di Pusat Kota Bangkok. Malam hari peserta mengisi waktu dengan bersantai di Mal terbesar di Bangkok yang jaraknya sekitar 300 meter dari apartemen. Fasilitas di Apartemen Center Point yang lengkap dengan dapur membuat kami semua merasakan pelayanan yang begitu prima. Keesokan harinya pada tanggal 24 November 2007 kembali ke Jakarta. Kami sungguh harus menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kami kepada Principal Advisor SfGG GTZ Peter Rimmele dan seluruh staf pendukungnya serta Pimpinan di LAN yang memberi kesempatan untuk meningkatkan kompetensi di Thailand. Dari segi pembiayaan, jika di total pelatihan ini tentulah sangat mahal harganya jika harus merogoh kocek sendiri untuk ukuran Pegawai Negeri Sipil seperti kami.

Pengantar Dari Redaksi

POTONG KAMBING

Pembaca yang kami hormati.

Melakukan sesuatu yang baru ternyata tidaklah semudah yang dipikirkan. Banyak kendala dan tantangan yang menghadang. Kenangan di tahun 1995 atau 13 tahun lalu ketika akan menerbitkan Majalah WALANRI dan Jurnal Administrasi Negara sebagai media informasi dan komunikasi “pertama” di LAN Makassar kembali mengusik pikiran. Saat itu disebuah rapat staf yang rutin dilaksanakan, kami mengemukakan ide untuk menerbitkan majalah. Hampir semua senior dan rekan sejawat dalam ruang rapat mengernyitkan kening. Beberapa diantaranya malah menasehati agar mengurungkan niat untuk menerbitkan majalah. Ada pula yang mengatakan “kamu masih pegawai baru, jangan terlalu banyak ide yang tidak mampu kamu kerjakan”. Karena sifatnya ide pribadi, tidak ada yang membantu saya memberi semangat. Dengan hati yang sangat kecewa sayapun terdiam seribu bahasa. Dalam benak saya, mungkin juga para senior saya benar, bisa dibayangkan sejak dibentuk 18 Maret 1967 LAN Makassar belum pernah sekalipun memiliki Majalah ataupun terbitan lainnya. Dan inipula yang barangkali membuat para senior saat itu dengan cepat beraksi untuk “mematahkan semangat” dan menghentikan pembicaraan terkait ide membuat majalah tersebut.

Lima menit selepas rapat ditutup saya dipanggil ke ruang kerja Kepala Perwakilan. Dihadapan Bapak Muhammad Idrus Kepala Perwakilan LAN Makassar, nomenkalur organisasi saat itu, saya kembali ditanya oleh Pak Idrus “apa saudara sanggup untuk mengerjakan ide tersebut”, saya jawab Insya Allah sanggup. Pak Idrus kemudian menimpali “buktikan kalau saudara sanggup, saya yang akan mendukung saudara”. Saya seperti melayang, kaki saya terasa ringan seperti tidak berpijak di bumi. Di abad seperti sekarang ini “langka” menemukan pemimpin seperti beliau. Saya memahami jalan pikirannya, beliau ingin sebuah karya besar dan bersejarah tidak perlu di bicarakan tetapi dikerjakan.

Dengan segala keterbatasan yang ada, akhirnya Majalah WALANRI (Warta Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia) selesai dicetak. Sampul Edisi Perdana dibuat ekslusif full colour dengan cover bergambar perahu PHINISI Nusantara meminjam koleksi foto sahabat karib saya Makhfud yang kini menjadi publisher Majalah Udara LIONMAG. Phinisi adalah legenda sejarah. Ketika logika orang mengatakan “tidak mungkin” para awak Phinisi pantang menyerah dan berhasil berlabuh di pelabuhan Vancouver Canada dengan peralatan seadanya. Setelah cetak, WALANRI saya tunjukkan ke Kepala Perwakilan, bisa dibayangkan respon beliau. Buat undangan resmi untuk launching, kita “potong kambing” begitu perintah nya.

Beberapa hari kemudian launching digelar di kafetaria. Turut hadir Prof. Dr. Anwar Arifin anggota Dewan Pers Pusat (kini anggota DPR), Arsal Al Habsy wartawan senior, kolumnis, dan penerbit buku ”Wartawan Koboi”, para pejabat dilingkungan LAN dan STIA LAN Makassar bersama seluruh staf hadir (tentunya termasuk senior yang ”mematahkan semangat”) sebagai saksi sejarah. Ada acara sambutan dan pemotongan nasi tumpeng, dan tentunya kehadiran ”seekor kambing guling” diatas meja makan makin menyemarakkan acara. Sambutan beliau sederhana, hanya mengatakan ”jangan coba-coba untuk mematikan inovasi seseorang untuk membuat yang terbaik bagi organisasi”, siapapun anda tua atau muda mulai satpam, cleaning service, staf sampai pejabat silahkan mengeluarkan ide segila apapun, siapa tahu ada diantara ide itu yang menjadi kenyataan seperti apa yang kita saksikan saat ini. Ha ha ha, sejak saat itu setiap rapat staf, perwakilan satpam dan cleaning service wajib hadir di ruang rapat dan selalu mendapat jatah mengemukakan pendapat.

Setelah menerbitkan majalah WALANRI yang Alhamdulillah hingga kini masih eksis. Sejarah lainnya adalah membuat Buku Profil pertama LAN Makassar edisi eksklusif. Disini teman-teman semua sudah sangat membantu utamanya bapak Natsir Hannanu dan Sudirman yang banyak menyimpan foto-foto sejarah berdirinya LAN di Makassar. Waktu berlalu, sejarah berlanjut di Jakarta adalah ketika mendapat kesempatan Tugas Belajar di Universitas Indonesia, melihat kenyataan bahwa LAN Jakarta pun tidak memiliki profil, maka saya memutuskan menghadap Kepala LAN Prof. Dr. Mustopadidjaja, MPIA. Tidak banyak hambatan, karena beliaupun menyadari arti penting buku profil bagi sebuah organisasi. Beliau juga mendukung dan mempersilahkan saya untuk membuat Profil LAN Pusat Edisi Eksklusif untuk pertama kalinya. Kesulitan pertama adalah tidak tersedianya dokumentasi foto-foto yang memiliki nilai fotografi yang baik. Pengambilan foto-foto untuk pejabat dan foto kantor dilakukan siang malam di Jakarta dan Makassar. Akhirnya diperoleh hasil foto-foto yang hingga saat ini banyak digunakan dalam setiap terbitan LAN (walau tanpa menyebut sumber fotonya). Saya sering bercanda dengan teman-teman dengan mengatakan ”alhamdulillah saya sudah meletakkan standar yang baik dan berkualitas untuk penerbitan di LAN”, saat ini LAN sudah banyak menerbitkan buku, leaflet dan media informasi lainnya yang cetakan dan layoutnya berkualitas.

Selain itu Prof. H. Sadly AD, MPA Ketua STIA LAN Jakarta juga meminta saya untuk menangani dan menerbitkan kembali majalah Sinergi STIA LAN Jakarta yang sempat terbit sekali lalu tenggelam dan juga membuat profil STIA LAN Jakarta. Tiga edisi pun berhasil diterbitkan sampai akhirnya kami kembali ke Makassar setelah menyelesaikan studi.

Selalu ada tempat mengembangkan kreatifitas
Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, begitu kata pepatah. Dan kini setelah berpijak di Bumi Etam Kalimantan Timur, rasanya kurang lengkap jika tidak kembali membuat sejarah dengan menerbitkan majalah sebagai media informasi. Bukan untuk gagah-gagahan tapi tuntutan zaman dan kebutuhan akan adanya media informasi di lingkungan PKP2A III LAN Samarinda. Tahun 2007 sudah dirancang persiapan penerbitannya dengan memasukkan dalam rencana anggaran tahun 2008. Gayung bersambut, Kepala PKP2A III LAN Samarinda ibu Meiliana juga sangat mendukung. Latar belakang beliau yang banyak di bidang protokol dan humas membuat rencana penerbitan ini mendapat respon yang sangat positif dari pimpinan, termasuk Kepala LAN Bapak Sunarno yang turut memberi sambutan.

Pembaca yang berbahagia,
Untuk membuat sesuatu yang khas dan berbeda maka media ini hanya akan fokus pada informasi kegiatan Diklat. Terbatasnya halaman dan banyaknya informasi yang akan dimuat membuat kita harus mengambil pilihan. Selain itu penerbitan media ini juga sebagai dukungan terhadap Nota Kesepahaman antar Kepala Badan Diklat se Kalimantan yang salah satu itemnya adalah membangun dan mengembangkan media informasi dan komunikasi antar Badan Diklat se Kalimantan dengan Lembaga Administrasi Negara sebagai Instansi Pembina Diklat Aparatur.

Kini, Majalah TD (Training and Development) kami persembahkan ke hadapan pembaca sekalian. Kami berharap para mitra kami di Daerah dan juga pembaca TD di Jakarta, Bandung dan Makassar serta di semua tempat di permukaan bumi ini, dapat disuguhkan berbagai informasi berkaitan dengan kegiatan Bidang Diklat Aparatur PKP2A III LAN Samarinda, kegiatan kerja sama dengan organisasi lainnya serta berbagai aktifitas dari Badan Diklat di Kalimantan.

Tidak ada sesuatu yang sempurna, dengan segala keterbatasan yang ada, kami harus jauh-jauh menyampaikan permintaan maaf jika ada kekurangan dan mengatakan kami masih harus belajar banyak untuk menjadi lebih baik. Mimpi ini sudah menjadi kenyataan. Ini mimpi bersama. Dalam sebuah pelatihan “appreciative inquiring” yang pernah saya ikuti, semua proses dari tahap defenition, discovering, dream, design, destiny dan discover sudah dilalui. Jika kita mempunyai mimpi yang jelas maka teruskan, jika mundur itu pertanda buruk. Kami juga menggunakan metoda Asset Based Thinking yang fokus pada kekuatan bukan pada kelemahan, cara berpikir ini mengajarkan agar melihat sesuatu secara positif dan dimulai dengan niat yang bagus, jika niatnya bagus dan menghadapi proses yang buruk maka hancurkan proses yang buruk, teruskan niat bagusnya. Agama apapun mengajarkan hal yang sama. Semoga penerbitan majalah ini yang dimulai dengan niat yang bagus akan tetap eksis siapapun yang mengelolanya.

Salam hangat dari kami semua di Samarinda Kota Tepian...

Redaktur
Andi Taufik







Opini

KEPATUHAN ATAU KOMITMEN
Oleh : Drs. Andi Taufik, M.Si.
Tempat kita bekerja adalah tempat dimana kita menghabiskan sebagian waktu kita untuk berbakti dan mengabdi bagi kemanusiaan, bagi bangsa dan bagi negara. Tempat kita bekerja adalah tempat kita mengartikulasikan cita rasa dan karsa. Setiap orang kendati berbeda dalam takarannya tetap memilki ketiga hal tersebut. Perwujudannya membutuhkan suatu konsep yang disebut dengan pemberdayaan (empowerment). Asumsi dasarnya sederhana, setiap orang pada dasarnya memiliki power. Tetapi karena satu dan lain hal, terutama suasana tempat kita bekerja menyebabkan power seseorang tidak dapat dikeluarkan dalam bentuk kinerja.

Dalam suasana kerja yang kondusif, seorang karyawan berusaha membuktikan bahwa power yang dimilikinya merupakan asset yang dapat menjadikan kinerja organisasinya dapat menjadi lebih baik. Namun demikian tempat kerja sering kali menjadi tempat yang “dingin”, dimana masalah-masalah komunikasi intrapersonal dan interpersonal, masalah-masalah pribadi yang menghinggapi diri karyawan seolah-olah tidak layak dibicarakan, tempat bekerja enggan memberi ruang bagi terciptanya komunikasi untuk memecahkan masalah-masalah pribadi. Padahal, masalah ini seringkali sangat menyita energi. Secara fisik kita ada di kantor, tetapi tidak secara mental. Pikiran kita ada dimana-mana.

Sering kali ada karyawan yang mengalami cobaan yang cukup berat dalam hidupnya, salah seorang anggota keluarganya sakit keras, namun ia tetap dapat menunjukkan bahwa ia dapat bekerja dengan baik, ia mampu merahasiakan masalahnya lalu menggantinya dengan kerja yang lebih baik, namun sebaliknya ada pula karyawan yang mengalami cobaan yang cukup berat dalam hidupnya, lalu karena tekanan batin yang sangat kuat dan karena ia tak mampu mengkomunikasikan masalah yang dihadapinya berakibat pada menurunnya kinerja, ia tidak berbuat apa-apa, lingkungan kantor tak dapat meresponnya, rekan sejawat tak mampu berbuat apa-apa demi meringankan beban hidupnya. Celakanya pimpinannya pun tak tahu menahu apa yang sedang terjadi terhadap diri karyawannya. Padahal kita semua sejatinya adalah pemimpin, dan sebagai pemimpin, tugas kita yang utama hanya satu : “memberdayakan” dan bukan “memperdayakan”.

Seorang pemimpin yang efektif tahu pasti ia akan mendahulukan orang diatas tugasnya. Ia juga tidak akan pernah menganggap remeh masalah-masalah individu. Ia sangat paham bahwa masalah individu akan selalu berdampak pada kinerjanya. Pemimpin yang baik tidak hanya membeli tangan seseorang, tetapi juga membeli pikiran dan hatinya. Pikiran adalah tempat kreativitas, tempat kecerdasan dan akalnya berada. Sementara hati seseorang adalah tenpat antusiasme dan loyalitas. Dari sinilah sikap kepatuhan dan komitmen karyawan muncul. Karena harus melaksanakan tugas, akhirnya ia “seolah-olah” menjadi patuh terhadap apa saja yang diperintahkan atau yang menjadi kewajibannya dalam pekerjaan, pikiran dan hatinya entah dimana.
Yang perlu diingat adalah orang hanya akan bekerja dengan baik kalau mereka merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan nyaman dengan lingkungan kerjanya. Orang akan merasa nyaman kalau mereka dihargai, didengarkan, diakui dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Kondisi ini akan menciptakan energi yang luar biasa yang akan disalurkan dalam bentuk kinerja, ini pula yang disebut oleh Andre Wongso sebagai dahsyatnya kekuatan cinta dan perhatian.

Tidak terlalu sulit untuk mewujudkan semuanya, langkah mudah untuk melakukan empowerment adalah dengan banyak memberikan pujian, mengakui dan mendengarkan orang lain. Jangan pernah sekalipun menjatuhkan harga diri orang lain karena harga diri adalah segala-segalanya bagi setiap orang. Pernyataan ini mungkin bisa menjadi renungan kita “ Berhentilah mengembangkan organisasimu, kembangkanlah sikap orang-orang yang ada didalamnya ”. Terkadang memang kita mengalami kesulitan untuk membedakan kepatuhan (compliance) dengan komitmen. Setidaknya perlu kita menyimak pendapat Arvan Pradiansyah yang mengatakan “Orang yang patuh hanya bekerja dengan tangan dan kakinya, sedang orang yang memiliki komitmen bekerja dengan pikiran dan hatinya”. Kepatuhan atau loyalitas penting tetapi jauh lebih penting adalah komitmen.

Profil


HORMATILAH MANUSIA

Pembaca TD yang berbahagia, pada edisi perdana kali ini kami berusaha menampilkan figur pegawai LAN sesuai dengan asa kami bahwa kami ingin menyajikan berita dan segala sesuatu untuk kita jadikan pelajaran dalam perjalanan hidup kita.

Figur kita kali ini adalah figur yang dengan penampilannya "ALWAYS" rapi dan " DENDY " beliau telah lama berkarier dalam kehidupan birokrasi Pemerintahan, sebelum berkarya pada PKP2A III LAN Samarinda beliau sebelumnya telah lebih dahulu berkarier pada PKP2A II LAN Makassar lebih kurang 20 tahun. Sebagai “perintis” pembukaan LAN di Samarinda, beliau kini mengabdikan dan mendedikasikan hidupnya di Kota Tepian Samarinda ditemani dengan seorang istri yang setia dan berbahagia dengan 7 orang anak-anaknya.


Sosok kita kali ini lebih akrab sehari-hari di pergaulan kantor dipanggil dengan sebutan "ABANG" atau "PAK BAHAR" adalah putra Makassar asli yanglahir pada tanggal 4 Pebruari 1953, dengan kemauannya yang keras untuk terus menerus menimba ilmu maka setiap kesempatan tidak pernah dia lewati dengan sia-sia. Dedikasi dan loyalitasnya terhadap kemajuan organisasi tidak diragukan.


Untuk pergaulan kesehariannya "Beliau" selalu mengedepankan untuk menghormati setiap insan manusia entah apapun strata sosial manusia tersebut dibumi ini, beliau selalu mau dan tak segan-segan untuk bertegur sapa terlebih dahulu kepada siapapun yang beliau jumpai.


Ini juga nampaknya yang sangat dominan di dalam kehidupan sehari-harinya mengutamakan silaturahim kepada setiap pegawai di lingkungan PKP2A III LAN Samarinda. Abang berpendapat bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari dimana kita sudah disibukkan dengan berbagai aktifitas tatakrama seperti ini kita lihat sudah mulai berkurang. Kita semua seperti “robot”. Kadang kita sudah melupakan adat sopan santun dan keramahan yang kita miliki selama ini yang ini juga merupakan ciri khas bangsa kita tcrcinta ini.


Sayangnya orang-orang seperti "ABANG" ini tidak kebersamaan di PKP2A III LAN Samarinda segera berlalu. Tanpa terasa waktu jualah yang akan memisahkan kita dengan beliau dimana usia yang telah beranjak dan merupakan waktu untuk persiapan "ISTIRAHAT" dari kehidupan keseharian seorang PNS. Semoga keteladanan yang beliau wujudkan dapat kita contoh dan terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Jalan-Jalan

Bertamu ke Pulau Kembang Kota Banjarmasin

“ Datanglah ke Kota Banjarmasin sesekali.
Kau bisa berjalan-jalan ”di pulau kembang,”
pulau yang indah yang penuh dengan keunikan penghuninya.”

Akhir Desember 2006 Tim Bidang Diklat Aparatur PKP2A III LAN Samarinda berangkat ke Kota Banjarmasin. Perjalanan hari itu cukup melelahkan karena harus berangkat dari Kota Samarinda menuju Kota Balikpapan menggunakan jalur darat selama 1,5 jam lalu untuk berangkat ke Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan, perjalanan dilakukan dengan menggunakan pesawat Batavia Air. Tiba di Kota Banjarmasin pukul tiga sore waktu setempat.


Banjarmasin - Pulau Kembang

Saat itu sekitar pukul 04.30 pagi, kami semua sudah berkumpul di lobi hotel. Drs. Andi Taufik, M.Si, Drs. Baharuddin., M.Pd, Dr. Amiruddin, Jos Rizal, Sujoko, Hanna Naibaho, Windra Mariani, Djamilah dan Dessy Eka Syaputri. Setelah berkumpul kami menuju kapal ketinting (klotok) yang sudah dipesan dengan mata yang masih terkantuk. Cuaca pagi itu cukup dingin, surya masih tertidur lelap untuk menyebarkan sinarnya ke segala penjuru. Embun pagi yang menetes di atas atap kapal ketinting dan suhu yang dingin menyelimuti hari itu, seakan tidak membuat surut semangat untuk melakukan perjalanan ke Pasar Terapung dan Pulau Kembang, pulau indah di sebelah utara Kota Banjarmasin.
Perjalanan menyusur Sungai Barito melewati sela-sela pemukiman penduduk yang rumahnya berdiri di atas air sungai Barito. Kesibukan masyarakat yang kebanyakan ibu-ibu terlihat di sepanjang sungai. Sungguh sebuah pemandangan indah di sela-sela senda gurau teman mengiringi perjalanan menuju Pasar Terapung yang menjadi salah satu iklan TV swasta Nasional. Keunikan Pasar Terapung menjadi salah satu andalan Pemerintah Kota Banjarmasin dalam mempromosikan pariwisatanya. Sepanjang perjalanan, banyak ditemui pedagang di atas perahu yang sedang menjual kue-kue khas Kota Banjarmasin yang tak akan dijumpai di tempat lain, buah-buah dan aneka minuman penghangat tubuh seperti teh, kopi dan teh susu diatas perahu di sepanjang sungai Barito, ”Pasar Terapung” itulah sebutan masyarakat Kalimantan Selatan. Sejak pukul 04.30 sampai pukul 06.00 pagi mereka berada di atas perahu untuk menjual barang–barang yang mereka bawa.
Selepas melihat dari dekat dan memotret aktivitas pedagang di pusat Pasar Terapung, kapal ketinting kami mengambil jarak aman untuk berlabuh di tengah sungai. Beberapa waktu kemudian sebuah klotok yang menjajakan segala jenis kue-kue khas dan kopi serta teh panas merapat di klotok yang kami pakai.
Masih di atas air, transaksi dimulai, kopi panas dan teh harus dipesan langsung kepada ”nakhoda” klotok yang juga berperan ganda melayani permintaan kami. Namun untuk mencicipi kue yang ada di ”Klotok Warung” sebelah tidak perlu memesan. Sang Nakhoda sudah menyiapkan perangkat ”self service”. Sebuah rotan yang ujungnya diberi sejenis besi mirip paku sepanjang 5 cm digunakan untuk mengait kue (dengan cara menancapkannya, mirip gerakan mencangkul) sesuai selera yang sudah tertata rapih di atas piring di permukaan klotok.

Kongsi di atas sungai


Saat rombongan meninggalkan pusat ”Pasar Terapung” kami semua bertanya-tanya, mengapa perahu kami belum juga berhenti untuk menikmati sarapan di atas perahu di sungai Barito, padahal sudah banyak ”perahu warung” yang dilewati.
Jawabannya mudah ditebak ketika ”nakhoda” kami mengarahkan perahu ke sebuah perahu lainnya. Nampaknya ini sebuah kongsi dagang ketika sebuah perahu membawa tamu maka dia telah mengontak rekannya untuk menyiapkan dagangannya dan menunggu di titik pertemuan yang telah ditentukan. Pak Andi Taufik memecah keheningan dengan mengatakan tidak perlu heran, di sungai saja terjadi ”kongsi” seperti ini apalagi di daratan.
Rombongan kami benar-benar bergembira menikmati sarapan model baru yang tak akan terlupakan sepanjang hidup. Bahkan Pak Bahar dan Joko menikmati sarapan ini malah naik ke atap perahu kendati berisiko jatuh ke sungai.
Kami semua menyempatkan diri untuk sekedar meminum teh hangat dan mencicipi kue-kue khas Kota Banjarmasin diatas kapal ketinting yang kami tumpangi. Pemandangan kanan kiri begitu elok dan sangat alami, gunung-gunung dari kejauhan mata, rumah-rumah masyarakat Kota Banjarmasin yang masih terlihat tradisional dan riuh anak-anak kecil berenang di pinggir sungai Barito.
Puas dengan ”sarapan khusus”, rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke Pulau Kembang. Hanya 10 menit perahu sudah merapat di dermaga kecil Pulau Kembang. Baru saja kami turun dan ingin melangkahkan kaki, tiba-tiba di depan sudah ada seekor monyet yang besar di depan kapal ketinting yang kami tumpangi, ”Si amang” penjaga pulau itu menyebutnya.
Setelah pak Mamad (penjaga pulau kembang) itu mengusir si ”amang” itu barulah dia pergi. Pak Mamad sudah belasan tahun menjaga pulau kembang itu. Ia bertanggung jawab terhadap pengelolan Pulau Kembang tersebut. Pria yang berusia hampir 35 tahun ini jadi pemandu.
Pemandangan menakjubkan melihat ada sekitar ratusan spesies monyet yang ada di pulau kembang tersebut.
Monyet-monyet itu bergelantungan di pohon-pohon yang memang terdapat di Pulau Kembang. Pemandangan tersebut benar–benar membuat kami tertegun untuk beberapa detik. Melihat hal ini, kami pun teringat kepada cerita dari negara India ”hanoman”.
Sepersekian detik setelah pikiran ini melintas, saya dikagetkan oleh kedatangan beberapa anak-anak monyet dengan lincah yang loncat di sekitar kaki saya. Tampang mereka mirip sekali dengan hanoman. Berfoto dengan anak-anak monyet ini menjadi pengalaman tersendiri.
Setelah kami puas berjalan-jalan di Pulau Kembang, kami pun segera balik ke hotel. Kami menyempatkan diri untuk melihat sekilas ke arah Pulau Kembang, dan punya niatan untuk kembali lagi ke Pulau Kembang.

Forum Pembinaan Widyaiswara II

KaditBin Widyaiswara LAN Bersilaturahim di Samarinda dengan Para Widyaiswara di Kalimantan Timur

"Prospek dan Arah Kebijakan Pengembangan Jabatan Widyaiswara"

Peningkatan kompetensi aparatur Pemerintahan akhir-akhir ini menjadi salah satu isu utama dalam tuntutan reformasi birokrasi, termasuk peningkatan kompetensi jabatan fungsional Widyaiswara. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa sekarang ini peran serta Widyaiswara menjadi sangat penting karena diharapkan dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Pegawai Negeri Sipil. Tidak hanya kemampuan intelektual semata, tapi juga kematangan emosionalnya.
LAN sebagai instansi pembina Aparatur terus berusaha mengadakan perbaikan untuk hal tersebut. Pada kesempatan ini PKP2A III LAN Samarinda kembali mengadakan Pembinaan Widyaiswara II dengan tema “Prospek dan Arah Kebijakan Pengembangan Jabatan Fungsional Widyaiswara”, pada hari Kamis tanggal 10 April 2008 di Aula PKP2A III LAN Samarinda, dan dihadiri oleh Widyaiswara Se-Kaltim.


Kapus PKP2A III LAN Samarinda dalam sambutannya mengatakan, “untuk meningkatkan kualitas dan menempatkan posisi jabatan Widyaiswara menjadi posisi strategis maka Pemerintah mengeluarkan PP MenPan No.PER/66/PAN/6/2005 tentang jabatan fungsional Widyaiswara beserta Angka Kreditnya. Kemudian keputusan bersama Kepala LAN dan Kepala BKN No.589.A/2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Mengenai Jabatan Fungsional Widyaiswara serta Keputusan Kepala LAN No.810.A.B.C.D.E/2001 yang mengatur petunjuk teknis sampai dengan pedoman penyelenggaraan Diklat bagi Calon Widyaiswara”.
Menarik memang tema yang diangkat kali ini, mengingat banyaknya keluhan dari Widyaiswara terutama mengenai Dupak yang sudah dikirimkan untuk kenaikan pangkat tetapi ketika sampai di Pusat selalu dikembalikan. Tentunya hal-hal tersebut menjadi tanda tanya bagi para Widyaiswara mengingat mereka sudah merasa mengikuti prosedur yang ada tetapi tetap saja kejadian yang sama berulang kembali yaitu berkas dikembalikan lagi.


Dalam pemaparan materinya bapak Sukari antara lain memberikan penjelasan tentang arah kebijakan pembinaan Widyaiswara dimana seorang Widyaiswara harus memiliki basis kompetensi yang baik berkenaan dengan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya. Peningkatan sikap dan semangat pengabdian yang tinggi terhadap negara dan efisiensi serta efektifitas dan kualitas dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
Strategi pembinaan juga tidak luput dari pemaparan beliau, yang mana pembinaan Widyaiswara harus mengedepankan standar kualitas, jaminan kualitas dan pengawasan terhadap kualitas seorang Widyaiswara.

Suasana semakin menghangat ketika sesi tanya jawab berlangsung, pada sesi ini dipandu oleh Kabid Diklat Aparatur Drs. Andi Taufik, M.Si. Para Widyaiswara mempertanyakan bagaimana prospek kedepannya jabatan fungsional Widyaiswara.
Akhirnya pembinaan Widyaiswara ini berakhir dengan beberapa kesimpulan yang diberikan diantaranya seorang Widyaiswara harus merubah mindset berfikirnya secara komprehensip, juga harus memiliki jiwa leadership dan enterpreuneurship.
LAN juga sedang menyusun arah kebijakan Widyaiswara kedepannya, yaitu bahwa tidak ada lagi kastanisasi dalam jabatan Widyaiswara, melainkan sesuai dengan kompetensi. Menjadi seorang Widyaiswara juga harus menyiapkan orasi ilmiah, publikasi buku dan yang paling penting juga background pendidikan S2. Sedang diusahakan pula jika seorang Widyaiswara mengajar bukan SDM (PNS) Aparatur tetap mendapatkan angka kredit.

Pelatihan Fasilitator Penggunaan Manual Praktis Pelayanan Publik


Peningkatan kualitas layanan Publik dengan menyerap aspirasi masyarakat benar-benar menjadi fokus Pelatihan bagi Fasilitator (TOF) angkatan VII yang dibuka Walikota Bontang di Pendopo Rumah Jabatan Walikota Bontang yang berlangsung mulai tanggal 22-26 April 2008.
Untuk pertama kalinya pelatihan untuk fasilitator (TOF) dalam rangka penggunaan Manual Praktis Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik melalui Partisipasi Masyarakat dalam rangka mewujudkan Tata Kepemerintahan yang Baik dilaksanakan atas beban biaya DIPA PKP2A III LAN Samarinda. Sebelumnya, sampai dengan Angkatan VI, TOF diselenggarakan oleh proyek Support for Good Governance (SfGG) GTZ bersama Deputi Pelayanan Publik Kementerian Negara PAN.
Pelatihan selama 5 hari ini bertujuan untuk memperbaiki penyelenggaraan pelayanan Publik. Selama ini kualitas Pelayanan Publik masih dalam kondisi yang memprihatinkan. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya pengaduan masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik yang diajukan secara langsung kepada unit pelayanan publik dan aparaturnya.
Walikota Bontang dr.H.Andi Sofyan Hasdam, Sp.S, mengemukakan rasa senangnya karena kegiatan ini diselenggarakan di kota Bontang, keuntungan yang pasti menurutnya adalah banyak peserta pelatihan dari kota Bontang.
Selain itu Walikota menambahkan bahwa TOF merupakan spirit tersendiri bagi kota Bontang untuk meningkatkan pelayanan publik lebih baik lagi. Kota Bontang sendiri sudah cukup banyak melakukan terobosan yang berkenaan peningkatan Pelayanan Publik, contoh pengaduan masyarakat yang dituangkan lewat rubrik SMS Hallo Pak Wali, yang terdapat di halaman Bontang koran Kaltim Post.
Setiap 3 bulan sekali diadakan dialog dengan ketua RT se-Bontang, dan setiap 6 bulan sekali dialog dengan masyarakat yang disiarkan lewat TV lokal (LNGTV dan PKTV), serta adanya pin “Bersama Membangun Bontang” yang dipakai semua pegawai pemerintah. Hal tersebut menandakan bahwa untuk membangun Bontang bukan hanya aparat Pemerintah, namun semua masyarakat berpartisipasi untuk bersama-sama membangun kota Bontang.
Kepala PKP2A III LAN Samarinda Meiliana melaporkan bahwa penyelenggaraan TOF ini diselenggarakan di kota Bontang sebagai apresiasi terhadap kesungguhan Walikota Bontang dan jajarannya dalam pengembangan SDM Aparatur. Selain itu kota Bontang juga dinilai sukses dalam penerapan program-program pemerintah kota dalam peningkatan kualitas pelayanan publik di berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Sementara itu Principal Advisor SfGG-GTZ Peter Rimmele menyatakan bahwa penyelenggaraan TOF ini akan sangat membantu dalam mempersiapkan fasilitator yang nantinya memfasilitasi penggunaan manual praktis pelayanan publik di daerah. Fasilitator yang handal dan profesional akan membantu aplikasi manual praktis mencapai sasaran yang diinginkan.
Pemerintah Republik Federal Jerman melalui proyek SfGG-GTZ akan tetap memberi bantuan teknik termasuk menyediakan buku manual praktis kepada daerah yang bersedia untuk aplikasi seperti diketahui sejak program aplikasi manual praktis pelayanan publik diluncurkan sudah 15 kabupaten/kota di Indonesia dan 199 unit pelayanan berbagai sektor yang sudah aplikasi.
Deputi Pelayanan Publik Kementerian Negara PAN Cerdas Kaban memandang penyelenggara Diklat TOF ini sebagai langkah awal penerapan untuk LAN mengambilalih pelaksanaan TOF dan aplikasi manual praktis di masa mendatang.
Kementerian Negara PAN bersama GTZ membuat rencana strategis untuk penerapan manual praktis sekurang-kurangnya 50 kabupaten/kota di Indonesia sampai akhir tahun 2009.
Untuk itulah Beliau menyambut baik penyelenggaraan Diklat TOF yang dilaksanakan oleh PKP2A III LAN Samarinda. Cerdas Kaban juga mengungkapkan bahwa dengan TOF VII ini maka nantinya para alumni akan menambah jumlah fasilitator terlatih yang siap ditugaskan di seluruh pelosok tanah air.
Jumlah peserta yang mengikuti diklat TOF ini diutamakan para karyawan Pemerintah kota Bontang yang berhubungan langsung dengan pelayanan masyarakat ditambah peserta dari seluruh kabupaten/kota se-Kaltim. Hal ini berdasarkan kesepakatan hasil rapat koordinasi di Kantor Kementerian PAN di Jakarta.
Sebagai narasumber dan pengajar dalam Diklat TOF terdiri dari Kementerian PAN, SfGG-GTZ, dan LAN; biaya penyelenggaraan TOF ini sepenuhnya dibebankan kepada DIPA PKP2A III LAN Samarinda, pengadaan paket modul TOF dan Fasilitator dari GTZ yang dibebankan kepada proyek SfGG-GTZ, Pemkot Bontang memfasilitasi akomodasi untuk narasumber.
Diharapkan dengan Diklat TOF ini kualitas Pelayanan Publik yang melibatkan partisipasi masyarakat dapat terus ditingkatkan demi mewujudkan kepemerintahan yang baik.

Info Kerjasama

LAN, SfGG-GTZ dan KemPAN Selenggarakan Pertemuan Eksekutif Se-Kalimantan dan Sulawesi di kota Bontang

Pelayanan Publik Dimulai dari Komitmen Pimpinan

Kotak pengaduan sebagai sarana peningkatan pelayanan Publik melalui partisipasi masyarakat menurut Walikota Bontang Andi Sofyan Hasdam sebagai sesuatu yang sangat penting.

Hal ini ditegaskan Walikota dalam acara ”Pertemuan Eksekutif (Eksekutif Meeting) Se-Kalimantan dan Sulawesi” dengan tema Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik melalui Partisipasi Masyarakat di Hotel Equator Bontang pada tanggal 22 April 2008. Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama Pemerintah Republik Federal Jerman melalui proyek SfGG-GTZ bekerjasama dengan Kedeputian Pelayanan Publik Kementerian Negara PAN, PKP2A III LAN Samarinda dan Pemerintah Kota Bontang.
Kotak Pengaduan memiliki fungsi yang sangat penting, karena dengan kotak pengaduan kita bisa mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan yang telah diberikan, dan Pemkot Bontang memiliki komitmen yang kuat dalam rangka memberikan Pelayanan Prima kepada masyarakatnya. Fungsi kotak pengaduan harus dimaksimalkan, memang kendalanya adalah meskipun sudah ada kotak pengaduan disiapkan di setiap unit kerja, namun jarang difungsikan. Buktinya ada kotak pengaduan yang masih kosong. Dan idealnya kunci kotak pengaduan dipegang oleh Kepala Bawaskot. Sehingga saran dan pengaduan yang masuk bisa dipilah-pilah untuk dilaporkan ke Walikota, karena jika dipegang oleh Bawaskot hasilnya bisa lebih obyektif.
Deputi Pelayanan Publik Kementerian Negara PAN Cerdas Kaban menambahkan peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan kebijakan yang sangat penting dimasa Pemerintahan sekarang, yang mana segenap Aparatur terus berusaha secara terencana dan sistematis untuk melakukan reformasi Birokrasi dalam upaya mewujudkan kepemerintahan yang baik melalui pemberian pelayanan yang berkualitas pada masyarakat.
Pelayanan Prima memang harus segera dilaksanakan pada setiap unit/instansi pemerintahan baik pusat maupun daerah. Banyak cara yang bisa digunakan untuk memperbaiki Pelayanan Publik, misal, melalui Perencanaan yang lebih baik, pengembangan kapasitas aparatur dan Penyedia Layanan atau dengan memperkenalkan metode-metode yang partisipatif, contoh melalui pengelolaan pengaduan dan keluhan dari masyarakat melalui kotak saran tadi.
Berusahalah tiap-tiap daerah untuk membeli hati rakyat dengan Pelayanan Prima di daerah masing-masing. Karena orientasi masyarakat sekarang terfokus pada Pelayanan Publik, kata Cerdas Kaban (Deputi Pelayanan Publik Kementerian PAN).
Sebenarnya filosofi Pelayanan Prima itu sangat sederhana, yakni bermula diakhir, dan berakhir dimuka artinya dalam memberikan Pelayanan Prima kepada masyarakat harus lebih efektif dan efisien, tepat waktu dan memuaskan masyarakat. Dikatakan beliau, dibutuhkan satu cara baru yang lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat Pengguna Pelayanan. Cara ini dapat membuat Pemimpin Politik dan Pengambil Keputusan lebih memperhatikan suara atau aspirasi masyarakat. Salah satu hal yang bisa ditempuh agar aspirasi masyarakat mudah terserap, bisa dilakukan dengan membuka Kotak Pengaduan, tandas Cerdas.
Beberapa Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota terlihat hadir dalam Executive Meeting tersebut diantaranya Ir. Adi Darma (Sekkot Bontang), Drs. Yansen TP, M.Si (Sekda Malinau), H. Arifin Hi.Lolo, SH, MH (Sekda Kota Palu), Ir. H.M.Syafruddin Achmad, MM (Setkab Kutim), Drs. H. Helmy Lathyf, M.Si (Sekkab Paser) dan Martoyo, SE (Sekda Kota Palangkaraya).

Welcome Party
Malam hari sebelumnya bertempat di Auditorium Kantor Walikota Bontang dilaksanakan acara ramah tamah (Welcome Party) menyambut tamu para peserta ”Executive Meeting”.
Sejak digulirkannya Otonomi Daerah, Pemerintah Daerah lebih kreatif sehingga pembangunan di Daerah jauh lebih maju dibandingkan jaman sebelumnya, kendati tingkat kreatifitas Daerah berbeda-beda, kata Walikota Bontang Andi Sofyan Hasdam pada acara Welcome Party yang digelar pada tanggal 21 April 2008. Acara ini dihadiri oleh Deputi MenPAN Bidang Pelayanan Publik Cerdas Kaban., Principal Advisor SfGG–GTZ Peter Remmile dan Kepala PKP2A III LAN Samarinda Meiliana, serta jajaran Muspida dan pejabat kota Bontang.
Acara dimulai dengan makan malam bersama, persembahan tari-tarian juga menyemarakkan suasana, setelah itu sudah bisa ditebak Walikota Bontang bersama isteri yang hobi nyanyi melantunkan beberapa lagu. Ibu Neny Sofyan Hasdam membuka dengan lagu Letto, Sebelum Cahaya, ibu Meiliana tampil membawakan lagu karangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Principal Advisor GTZ Peter Rimmele bersama Senior Advisor Tumpal berduet membawakan lagu Batak Lisoi.
Selanjutnya semua Muspida, Sekda, Asisten dan pejabat lainnya di”paksa” naik. Acara diakhiri dengan pemberian cenderamata dan buku karangan Walikota Sofyan Hasdam yang diserahkan kepada Bapak Cerdas Kaban, Peter Rimmele dan ibu Meiliana.