Pengantar Dari Redaksi

POTONG KAMBING

Pembaca yang kami hormati.

Melakukan sesuatu yang baru ternyata tidaklah semudah yang dipikirkan. Banyak kendala dan tantangan yang menghadang. Kenangan di tahun 1995 atau 13 tahun lalu ketika akan menerbitkan Majalah WALANRI dan Jurnal Administrasi Negara sebagai media informasi dan komunikasi “pertama” di LAN Makassar kembali mengusik pikiran. Saat itu disebuah rapat staf yang rutin dilaksanakan, kami mengemukakan ide untuk menerbitkan majalah. Hampir semua senior dan rekan sejawat dalam ruang rapat mengernyitkan kening. Beberapa diantaranya malah menasehati agar mengurungkan niat untuk menerbitkan majalah. Ada pula yang mengatakan “kamu masih pegawai baru, jangan terlalu banyak ide yang tidak mampu kamu kerjakan”. Karena sifatnya ide pribadi, tidak ada yang membantu saya memberi semangat. Dengan hati yang sangat kecewa sayapun terdiam seribu bahasa. Dalam benak saya, mungkin juga para senior saya benar, bisa dibayangkan sejak dibentuk 18 Maret 1967 LAN Makassar belum pernah sekalipun memiliki Majalah ataupun terbitan lainnya. Dan inipula yang barangkali membuat para senior saat itu dengan cepat beraksi untuk “mematahkan semangat” dan menghentikan pembicaraan terkait ide membuat majalah tersebut.

Lima menit selepas rapat ditutup saya dipanggil ke ruang kerja Kepala Perwakilan. Dihadapan Bapak Muhammad Idrus Kepala Perwakilan LAN Makassar, nomenkalur organisasi saat itu, saya kembali ditanya oleh Pak Idrus “apa saudara sanggup untuk mengerjakan ide tersebut”, saya jawab Insya Allah sanggup. Pak Idrus kemudian menimpali “buktikan kalau saudara sanggup, saya yang akan mendukung saudara”. Saya seperti melayang, kaki saya terasa ringan seperti tidak berpijak di bumi. Di abad seperti sekarang ini “langka” menemukan pemimpin seperti beliau. Saya memahami jalan pikirannya, beliau ingin sebuah karya besar dan bersejarah tidak perlu di bicarakan tetapi dikerjakan.

Dengan segala keterbatasan yang ada, akhirnya Majalah WALANRI (Warta Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia) selesai dicetak. Sampul Edisi Perdana dibuat ekslusif full colour dengan cover bergambar perahu PHINISI Nusantara meminjam koleksi foto sahabat karib saya Makhfud yang kini menjadi publisher Majalah Udara LIONMAG. Phinisi adalah legenda sejarah. Ketika logika orang mengatakan “tidak mungkin” para awak Phinisi pantang menyerah dan berhasil berlabuh di pelabuhan Vancouver Canada dengan peralatan seadanya. Setelah cetak, WALANRI saya tunjukkan ke Kepala Perwakilan, bisa dibayangkan respon beliau. Buat undangan resmi untuk launching, kita “potong kambing” begitu perintah nya.

Beberapa hari kemudian launching digelar di kafetaria. Turut hadir Prof. Dr. Anwar Arifin anggota Dewan Pers Pusat (kini anggota DPR), Arsal Al Habsy wartawan senior, kolumnis, dan penerbit buku ”Wartawan Koboi”, para pejabat dilingkungan LAN dan STIA LAN Makassar bersama seluruh staf hadir (tentunya termasuk senior yang ”mematahkan semangat”) sebagai saksi sejarah. Ada acara sambutan dan pemotongan nasi tumpeng, dan tentunya kehadiran ”seekor kambing guling” diatas meja makan makin menyemarakkan acara. Sambutan beliau sederhana, hanya mengatakan ”jangan coba-coba untuk mematikan inovasi seseorang untuk membuat yang terbaik bagi organisasi”, siapapun anda tua atau muda mulai satpam, cleaning service, staf sampai pejabat silahkan mengeluarkan ide segila apapun, siapa tahu ada diantara ide itu yang menjadi kenyataan seperti apa yang kita saksikan saat ini. Ha ha ha, sejak saat itu setiap rapat staf, perwakilan satpam dan cleaning service wajib hadir di ruang rapat dan selalu mendapat jatah mengemukakan pendapat.

Setelah menerbitkan majalah WALANRI yang Alhamdulillah hingga kini masih eksis. Sejarah lainnya adalah membuat Buku Profil pertama LAN Makassar edisi eksklusif. Disini teman-teman semua sudah sangat membantu utamanya bapak Natsir Hannanu dan Sudirman yang banyak menyimpan foto-foto sejarah berdirinya LAN di Makassar. Waktu berlalu, sejarah berlanjut di Jakarta adalah ketika mendapat kesempatan Tugas Belajar di Universitas Indonesia, melihat kenyataan bahwa LAN Jakarta pun tidak memiliki profil, maka saya memutuskan menghadap Kepala LAN Prof. Dr. Mustopadidjaja, MPIA. Tidak banyak hambatan, karena beliaupun menyadari arti penting buku profil bagi sebuah organisasi. Beliau juga mendukung dan mempersilahkan saya untuk membuat Profil LAN Pusat Edisi Eksklusif untuk pertama kalinya. Kesulitan pertama adalah tidak tersedianya dokumentasi foto-foto yang memiliki nilai fotografi yang baik. Pengambilan foto-foto untuk pejabat dan foto kantor dilakukan siang malam di Jakarta dan Makassar. Akhirnya diperoleh hasil foto-foto yang hingga saat ini banyak digunakan dalam setiap terbitan LAN (walau tanpa menyebut sumber fotonya). Saya sering bercanda dengan teman-teman dengan mengatakan ”alhamdulillah saya sudah meletakkan standar yang baik dan berkualitas untuk penerbitan di LAN”, saat ini LAN sudah banyak menerbitkan buku, leaflet dan media informasi lainnya yang cetakan dan layoutnya berkualitas.

Selain itu Prof. H. Sadly AD, MPA Ketua STIA LAN Jakarta juga meminta saya untuk menangani dan menerbitkan kembali majalah Sinergi STIA LAN Jakarta yang sempat terbit sekali lalu tenggelam dan juga membuat profil STIA LAN Jakarta. Tiga edisi pun berhasil diterbitkan sampai akhirnya kami kembali ke Makassar setelah menyelesaikan studi.

Selalu ada tempat mengembangkan kreatifitas
Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, begitu kata pepatah. Dan kini setelah berpijak di Bumi Etam Kalimantan Timur, rasanya kurang lengkap jika tidak kembali membuat sejarah dengan menerbitkan majalah sebagai media informasi. Bukan untuk gagah-gagahan tapi tuntutan zaman dan kebutuhan akan adanya media informasi di lingkungan PKP2A III LAN Samarinda. Tahun 2007 sudah dirancang persiapan penerbitannya dengan memasukkan dalam rencana anggaran tahun 2008. Gayung bersambut, Kepala PKP2A III LAN Samarinda ibu Meiliana juga sangat mendukung. Latar belakang beliau yang banyak di bidang protokol dan humas membuat rencana penerbitan ini mendapat respon yang sangat positif dari pimpinan, termasuk Kepala LAN Bapak Sunarno yang turut memberi sambutan.

Pembaca yang berbahagia,
Untuk membuat sesuatu yang khas dan berbeda maka media ini hanya akan fokus pada informasi kegiatan Diklat. Terbatasnya halaman dan banyaknya informasi yang akan dimuat membuat kita harus mengambil pilihan. Selain itu penerbitan media ini juga sebagai dukungan terhadap Nota Kesepahaman antar Kepala Badan Diklat se Kalimantan yang salah satu itemnya adalah membangun dan mengembangkan media informasi dan komunikasi antar Badan Diklat se Kalimantan dengan Lembaga Administrasi Negara sebagai Instansi Pembina Diklat Aparatur.

Kini, Majalah TD (Training and Development) kami persembahkan ke hadapan pembaca sekalian. Kami berharap para mitra kami di Daerah dan juga pembaca TD di Jakarta, Bandung dan Makassar serta di semua tempat di permukaan bumi ini, dapat disuguhkan berbagai informasi berkaitan dengan kegiatan Bidang Diklat Aparatur PKP2A III LAN Samarinda, kegiatan kerja sama dengan organisasi lainnya serta berbagai aktifitas dari Badan Diklat di Kalimantan.

Tidak ada sesuatu yang sempurna, dengan segala keterbatasan yang ada, kami harus jauh-jauh menyampaikan permintaan maaf jika ada kekurangan dan mengatakan kami masih harus belajar banyak untuk menjadi lebih baik. Mimpi ini sudah menjadi kenyataan. Ini mimpi bersama. Dalam sebuah pelatihan “appreciative inquiring” yang pernah saya ikuti, semua proses dari tahap defenition, discovering, dream, design, destiny dan discover sudah dilalui. Jika kita mempunyai mimpi yang jelas maka teruskan, jika mundur itu pertanda buruk. Kami juga menggunakan metoda Asset Based Thinking yang fokus pada kekuatan bukan pada kelemahan, cara berpikir ini mengajarkan agar melihat sesuatu secara positif dan dimulai dengan niat yang bagus, jika niatnya bagus dan menghadapi proses yang buruk maka hancurkan proses yang buruk, teruskan niat bagusnya. Agama apapun mengajarkan hal yang sama. Semoga penerbitan majalah ini yang dimulai dengan niat yang bagus akan tetap eksis siapapun yang mengelolanya.

Salam hangat dari kami semua di Samarinda Kota Tepian...

Redaktur
Andi Taufik







Opini

KEPATUHAN ATAU KOMITMEN
Oleh : Drs. Andi Taufik, M.Si.
Tempat kita bekerja adalah tempat dimana kita menghabiskan sebagian waktu kita untuk berbakti dan mengabdi bagi kemanusiaan, bagi bangsa dan bagi negara. Tempat kita bekerja adalah tempat kita mengartikulasikan cita rasa dan karsa. Setiap orang kendati berbeda dalam takarannya tetap memilki ketiga hal tersebut. Perwujudannya membutuhkan suatu konsep yang disebut dengan pemberdayaan (empowerment). Asumsi dasarnya sederhana, setiap orang pada dasarnya memiliki power. Tetapi karena satu dan lain hal, terutama suasana tempat kita bekerja menyebabkan power seseorang tidak dapat dikeluarkan dalam bentuk kinerja.

Dalam suasana kerja yang kondusif, seorang karyawan berusaha membuktikan bahwa power yang dimilikinya merupakan asset yang dapat menjadikan kinerja organisasinya dapat menjadi lebih baik. Namun demikian tempat kerja sering kali menjadi tempat yang “dingin”, dimana masalah-masalah komunikasi intrapersonal dan interpersonal, masalah-masalah pribadi yang menghinggapi diri karyawan seolah-olah tidak layak dibicarakan, tempat bekerja enggan memberi ruang bagi terciptanya komunikasi untuk memecahkan masalah-masalah pribadi. Padahal, masalah ini seringkali sangat menyita energi. Secara fisik kita ada di kantor, tetapi tidak secara mental. Pikiran kita ada dimana-mana.

Sering kali ada karyawan yang mengalami cobaan yang cukup berat dalam hidupnya, salah seorang anggota keluarganya sakit keras, namun ia tetap dapat menunjukkan bahwa ia dapat bekerja dengan baik, ia mampu merahasiakan masalahnya lalu menggantinya dengan kerja yang lebih baik, namun sebaliknya ada pula karyawan yang mengalami cobaan yang cukup berat dalam hidupnya, lalu karena tekanan batin yang sangat kuat dan karena ia tak mampu mengkomunikasikan masalah yang dihadapinya berakibat pada menurunnya kinerja, ia tidak berbuat apa-apa, lingkungan kantor tak dapat meresponnya, rekan sejawat tak mampu berbuat apa-apa demi meringankan beban hidupnya. Celakanya pimpinannya pun tak tahu menahu apa yang sedang terjadi terhadap diri karyawannya. Padahal kita semua sejatinya adalah pemimpin, dan sebagai pemimpin, tugas kita yang utama hanya satu : “memberdayakan” dan bukan “memperdayakan”.

Seorang pemimpin yang efektif tahu pasti ia akan mendahulukan orang diatas tugasnya. Ia juga tidak akan pernah menganggap remeh masalah-masalah individu. Ia sangat paham bahwa masalah individu akan selalu berdampak pada kinerjanya. Pemimpin yang baik tidak hanya membeli tangan seseorang, tetapi juga membeli pikiran dan hatinya. Pikiran adalah tempat kreativitas, tempat kecerdasan dan akalnya berada. Sementara hati seseorang adalah tenpat antusiasme dan loyalitas. Dari sinilah sikap kepatuhan dan komitmen karyawan muncul. Karena harus melaksanakan tugas, akhirnya ia “seolah-olah” menjadi patuh terhadap apa saja yang diperintahkan atau yang menjadi kewajibannya dalam pekerjaan, pikiran dan hatinya entah dimana.
Yang perlu diingat adalah orang hanya akan bekerja dengan baik kalau mereka merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan nyaman dengan lingkungan kerjanya. Orang akan merasa nyaman kalau mereka dihargai, didengarkan, diakui dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Kondisi ini akan menciptakan energi yang luar biasa yang akan disalurkan dalam bentuk kinerja, ini pula yang disebut oleh Andre Wongso sebagai dahsyatnya kekuatan cinta dan perhatian.

Tidak terlalu sulit untuk mewujudkan semuanya, langkah mudah untuk melakukan empowerment adalah dengan banyak memberikan pujian, mengakui dan mendengarkan orang lain. Jangan pernah sekalipun menjatuhkan harga diri orang lain karena harga diri adalah segala-segalanya bagi setiap orang. Pernyataan ini mungkin bisa menjadi renungan kita “ Berhentilah mengembangkan organisasimu, kembangkanlah sikap orang-orang yang ada didalamnya ”. Terkadang memang kita mengalami kesulitan untuk membedakan kepatuhan (compliance) dengan komitmen. Setidaknya perlu kita menyimak pendapat Arvan Pradiansyah yang mengatakan “Orang yang patuh hanya bekerja dengan tangan dan kakinya, sedang orang yang memiliki komitmen bekerja dengan pikiran dan hatinya”. Kepatuhan atau loyalitas penting tetapi jauh lebih penting adalah komitmen.

Profil


HORMATILAH MANUSIA

Pembaca TD yang berbahagia, pada edisi perdana kali ini kami berusaha menampilkan figur pegawai LAN sesuai dengan asa kami bahwa kami ingin menyajikan berita dan segala sesuatu untuk kita jadikan pelajaran dalam perjalanan hidup kita.

Figur kita kali ini adalah figur yang dengan penampilannya "ALWAYS" rapi dan " DENDY " beliau telah lama berkarier dalam kehidupan birokrasi Pemerintahan, sebelum berkarya pada PKP2A III LAN Samarinda beliau sebelumnya telah lebih dahulu berkarier pada PKP2A II LAN Makassar lebih kurang 20 tahun. Sebagai “perintis” pembukaan LAN di Samarinda, beliau kini mengabdikan dan mendedikasikan hidupnya di Kota Tepian Samarinda ditemani dengan seorang istri yang setia dan berbahagia dengan 7 orang anak-anaknya.


Sosok kita kali ini lebih akrab sehari-hari di pergaulan kantor dipanggil dengan sebutan "ABANG" atau "PAK BAHAR" adalah putra Makassar asli yanglahir pada tanggal 4 Pebruari 1953, dengan kemauannya yang keras untuk terus menerus menimba ilmu maka setiap kesempatan tidak pernah dia lewati dengan sia-sia. Dedikasi dan loyalitasnya terhadap kemajuan organisasi tidak diragukan.


Untuk pergaulan kesehariannya "Beliau" selalu mengedepankan untuk menghormati setiap insan manusia entah apapun strata sosial manusia tersebut dibumi ini, beliau selalu mau dan tak segan-segan untuk bertegur sapa terlebih dahulu kepada siapapun yang beliau jumpai.


Ini juga nampaknya yang sangat dominan di dalam kehidupan sehari-harinya mengutamakan silaturahim kepada setiap pegawai di lingkungan PKP2A III LAN Samarinda. Abang berpendapat bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari dimana kita sudah disibukkan dengan berbagai aktifitas tatakrama seperti ini kita lihat sudah mulai berkurang. Kita semua seperti “robot”. Kadang kita sudah melupakan adat sopan santun dan keramahan yang kita miliki selama ini yang ini juga merupakan ciri khas bangsa kita tcrcinta ini.


Sayangnya orang-orang seperti "ABANG" ini tidak kebersamaan di PKP2A III LAN Samarinda segera berlalu. Tanpa terasa waktu jualah yang akan memisahkan kita dengan beliau dimana usia yang telah beranjak dan merupakan waktu untuk persiapan "ISTIRAHAT" dari kehidupan keseharian seorang PNS. Semoga keteladanan yang beliau wujudkan dapat kita contoh dan terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Jalan-Jalan

Bertamu ke Pulau Kembang Kota Banjarmasin

“ Datanglah ke Kota Banjarmasin sesekali.
Kau bisa berjalan-jalan ”di pulau kembang,”
pulau yang indah yang penuh dengan keunikan penghuninya.”

Akhir Desember 2006 Tim Bidang Diklat Aparatur PKP2A III LAN Samarinda berangkat ke Kota Banjarmasin. Perjalanan hari itu cukup melelahkan karena harus berangkat dari Kota Samarinda menuju Kota Balikpapan menggunakan jalur darat selama 1,5 jam lalu untuk berangkat ke Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan, perjalanan dilakukan dengan menggunakan pesawat Batavia Air. Tiba di Kota Banjarmasin pukul tiga sore waktu setempat.


Banjarmasin - Pulau Kembang

Saat itu sekitar pukul 04.30 pagi, kami semua sudah berkumpul di lobi hotel. Drs. Andi Taufik, M.Si, Drs. Baharuddin., M.Pd, Dr. Amiruddin, Jos Rizal, Sujoko, Hanna Naibaho, Windra Mariani, Djamilah dan Dessy Eka Syaputri. Setelah berkumpul kami menuju kapal ketinting (klotok) yang sudah dipesan dengan mata yang masih terkantuk. Cuaca pagi itu cukup dingin, surya masih tertidur lelap untuk menyebarkan sinarnya ke segala penjuru. Embun pagi yang menetes di atas atap kapal ketinting dan suhu yang dingin menyelimuti hari itu, seakan tidak membuat surut semangat untuk melakukan perjalanan ke Pasar Terapung dan Pulau Kembang, pulau indah di sebelah utara Kota Banjarmasin.
Perjalanan menyusur Sungai Barito melewati sela-sela pemukiman penduduk yang rumahnya berdiri di atas air sungai Barito. Kesibukan masyarakat yang kebanyakan ibu-ibu terlihat di sepanjang sungai. Sungguh sebuah pemandangan indah di sela-sela senda gurau teman mengiringi perjalanan menuju Pasar Terapung yang menjadi salah satu iklan TV swasta Nasional. Keunikan Pasar Terapung menjadi salah satu andalan Pemerintah Kota Banjarmasin dalam mempromosikan pariwisatanya. Sepanjang perjalanan, banyak ditemui pedagang di atas perahu yang sedang menjual kue-kue khas Kota Banjarmasin yang tak akan dijumpai di tempat lain, buah-buah dan aneka minuman penghangat tubuh seperti teh, kopi dan teh susu diatas perahu di sepanjang sungai Barito, ”Pasar Terapung” itulah sebutan masyarakat Kalimantan Selatan. Sejak pukul 04.30 sampai pukul 06.00 pagi mereka berada di atas perahu untuk menjual barang–barang yang mereka bawa.
Selepas melihat dari dekat dan memotret aktivitas pedagang di pusat Pasar Terapung, kapal ketinting kami mengambil jarak aman untuk berlabuh di tengah sungai. Beberapa waktu kemudian sebuah klotok yang menjajakan segala jenis kue-kue khas dan kopi serta teh panas merapat di klotok yang kami pakai.
Masih di atas air, transaksi dimulai, kopi panas dan teh harus dipesan langsung kepada ”nakhoda” klotok yang juga berperan ganda melayani permintaan kami. Namun untuk mencicipi kue yang ada di ”Klotok Warung” sebelah tidak perlu memesan. Sang Nakhoda sudah menyiapkan perangkat ”self service”. Sebuah rotan yang ujungnya diberi sejenis besi mirip paku sepanjang 5 cm digunakan untuk mengait kue (dengan cara menancapkannya, mirip gerakan mencangkul) sesuai selera yang sudah tertata rapih di atas piring di permukaan klotok.

Kongsi di atas sungai


Saat rombongan meninggalkan pusat ”Pasar Terapung” kami semua bertanya-tanya, mengapa perahu kami belum juga berhenti untuk menikmati sarapan di atas perahu di sungai Barito, padahal sudah banyak ”perahu warung” yang dilewati.
Jawabannya mudah ditebak ketika ”nakhoda” kami mengarahkan perahu ke sebuah perahu lainnya. Nampaknya ini sebuah kongsi dagang ketika sebuah perahu membawa tamu maka dia telah mengontak rekannya untuk menyiapkan dagangannya dan menunggu di titik pertemuan yang telah ditentukan. Pak Andi Taufik memecah keheningan dengan mengatakan tidak perlu heran, di sungai saja terjadi ”kongsi” seperti ini apalagi di daratan.
Rombongan kami benar-benar bergembira menikmati sarapan model baru yang tak akan terlupakan sepanjang hidup. Bahkan Pak Bahar dan Joko menikmati sarapan ini malah naik ke atap perahu kendati berisiko jatuh ke sungai.
Kami semua menyempatkan diri untuk sekedar meminum teh hangat dan mencicipi kue-kue khas Kota Banjarmasin diatas kapal ketinting yang kami tumpangi. Pemandangan kanan kiri begitu elok dan sangat alami, gunung-gunung dari kejauhan mata, rumah-rumah masyarakat Kota Banjarmasin yang masih terlihat tradisional dan riuh anak-anak kecil berenang di pinggir sungai Barito.
Puas dengan ”sarapan khusus”, rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke Pulau Kembang. Hanya 10 menit perahu sudah merapat di dermaga kecil Pulau Kembang. Baru saja kami turun dan ingin melangkahkan kaki, tiba-tiba di depan sudah ada seekor monyet yang besar di depan kapal ketinting yang kami tumpangi, ”Si amang” penjaga pulau itu menyebutnya.
Setelah pak Mamad (penjaga pulau kembang) itu mengusir si ”amang” itu barulah dia pergi. Pak Mamad sudah belasan tahun menjaga pulau kembang itu. Ia bertanggung jawab terhadap pengelolan Pulau Kembang tersebut. Pria yang berusia hampir 35 tahun ini jadi pemandu.
Pemandangan menakjubkan melihat ada sekitar ratusan spesies monyet yang ada di pulau kembang tersebut.
Monyet-monyet itu bergelantungan di pohon-pohon yang memang terdapat di Pulau Kembang. Pemandangan tersebut benar–benar membuat kami tertegun untuk beberapa detik. Melihat hal ini, kami pun teringat kepada cerita dari negara India ”hanoman”.
Sepersekian detik setelah pikiran ini melintas, saya dikagetkan oleh kedatangan beberapa anak-anak monyet dengan lincah yang loncat di sekitar kaki saya. Tampang mereka mirip sekali dengan hanoman. Berfoto dengan anak-anak monyet ini menjadi pengalaman tersendiri.
Setelah kami puas berjalan-jalan di Pulau Kembang, kami pun segera balik ke hotel. Kami menyempatkan diri untuk melihat sekilas ke arah Pulau Kembang, dan punya niatan untuk kembali lagi ke Pulau Kembang.

Forum Pembinaan Widyaiswara II

KaditBin Widyaiswara LAN Bersilaturahim di Samarinda dengan Para Widyaiswara di Kalimantan Timur

"Prospek dan Arah Kebijakan Pengembangan Jabatan Widyaiswara"

Peningkatan kompetensi aparatur Pemerintahan akhir-akhir ini menjadi salah satu isu utama dalam tuntutan reformasi birokrasi, termasuk peningkatan kompetensi jabatan fungsional Widyaiswara. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa sekarang ini peran serta Widyaiswara menjadi sangat penting karena diharapkan dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Pegawai Negeri Sipil. Tidak hanya kemampuan intelektual semata, tapi juga kematangan emosionalnya.
LAN sebagai instansi pembina Aparatur terus berusaha mengadakan perbaikan untuk hal tersebut. Pada kesempatan ini PKP2A III LAN Samarinda kembali mengadakan Pembinaan Widyaiswara II dengan tema “Prospek dan Arah Kebijakan Pengembangan Jabatan Fungsional Widyaiswara”, pada hari Kamis tanggal 10 April 2008 di Aula PKP2A III LAN Samarinda, dan dihadiri oleh Widyaiswara Se-Kaltim.


Kapus PKP2A III LAN Samarinda dalam sambutannya mengatakan, “untuk meningkatkan kualitas dan menempatkan posisi jabatan Widyaiswara menjadi posisi strategis maka Pemerintah mengeluarkan PP MenPan No.PER/66/PAN/6/2005 tentang jabatan fungsional Widyaiswara beserta Angka Kreditnya. Kemudian keputusan bersama Kepala LAN dan Kepala BKN No.589.A/2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Mengenai Jabatan Fungsional Widyaiswara serta Keputusan Kepala LAN No.810.A.B.C.D.E/2001 yang mengatur petunjuk teknis sampai dengan pedoman penyelenggaraan Diklat bagi Calon Widyaiswara”.
Menarik memang tema yang diangkat kali ini, mengingat banyaknya keluhan dari Widyaiswara terutama mengenai Dupak yang sudah dikirimkan untuk kenaikan pangkat tetapi ketika sampai di Pusat selalu dikembalikan. Tentunya hal-hal tersebut menjadi tanda tanya bagi para Widyaiswara mengingat mereka sudah merasa mengikuti prosedur yang ada tetapi tetap saja kejadian yang sama berulang kembali yaitu berkas dikembalikan lagi.


Dalam pemaparan materinya bapak Sukari antara lain memberikan penjelasan tentang arah kebijakan pembinaan Widyaiswara dimana seorang Widyaiswara harus memiliki basis kompetensi yang baik berkenaan dengan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya. Peningkatan sikap dan semangat pengabdian yang tinggi terhadap negara dan efisiensi serta efektifitas dan kualitas dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
Strategi pembinaan juga tidak luput dari pemaparan beliau, yang mana pembinaan Widyaiswara harus mengedepankan standar kualitas, jaminan kualitas dan pengawasan terhadap kualitas seorang Widyaiswara.

Suasana semakin menghangat ketika sesi tanya jawab berlangsung, pada sesi ini dipandu oleh Kabid Diklat Aparatur Drs. Andi Taufik, M.Si. Para Widyaiswara mempertanyakan bagaimana prospek kedepannya jabatan fungsional Widyaiswara.
Akhirnya pembinaan Widyaiswara ini berakhir dengan beberapa kesimpulan yang diberikan diantaranya seorang Widyaiswara harus merubah mindset berfikirnya secara komprehensip, juga harus memiliki jiwa leadership dan enterpreuneurship.
LAN juga sedang menyusun arah kebijakan Widyaiswara kedepannya, yaitu bahwa tidak ada lagi kastanisasi dalam jabatan Widyaiswara, melainkan sesuai dengan kompetensi. Menjadi seorang Widyaiswara juga harus menyiapkan orasi ilmiah, publikasi buku dan yang paling penting juga background pendidikan S2. Sedang diusahakan pula jika seorang Widyaiswara mengajar bukan SDM (PNS) Aparatur tetap mendapatkan angka kredit.

Pelatihan Fasilitator Penggunaan Manual Praktis Pelayanan Publik


Peningkatan kualitas layanan Publik dengan menyerap aspirasi masyarakat benar-benar menjadi fokus Pelatihan bagi Fasilitator (TOF) angkatan VII yang dibuka Walikota Bontang di Pendopo Rumah Jabatan Walikota Bontang yang berlangsung mulai tanggal 22-26 April 2008.
Untuk pertama kalinya pelatihan untuk fasilitator (TOF) dalam rangka penggunaan Manual Praktis Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik melalui Partisipasi Masyarakat dalam rangka mewujudkan Tata Kepemerintahan yang Baik dilaksanakan atas beban biaya DIPA PKP2A III LAN Samarinda. Sebelumnya, sampai dengan Angkatan VI, TOF diselenggarakan oleh proyek Support for Good Governance (SfGG) GTZ bersama Deputi Pelayanan Publik Kementerian Negara PAN.
Pelatihan selama 5 hari ini bertujuan untuk memperbaiki penyelenggaraan pelayanan Publik. Selama ini kualitas Pelayanan Publik masih dalam kondisi yang memprihatinkan. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya pengaduan masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik yang diajukan secara langsung kepada unit pelayanan publik dan aparaturnya.
Walikota Bontang dr.H.Andi Sofyan Hasdam, Sp.S, mengemukakan rasa senangnya karena kegiatan ini diselenggarakan di kota Bontang, keuntungan yang pasti menurutnya adalah banyak peserta pelatihan dari kota Bontang.
Selain itu Walikota menambahkan bahwa TOF merupakan spirit tersendiri bagi kota Bontang untuk meningkatkan pelayanan publik lebih baik lagi. Kota Bontang sendiri sudah cukup banyak melakukan terobosan yang berkenaan peningkatan Pelayanan Publik, contoh pengaduan masyarakat yang dituangkan lewat rubrik SMS Hallo Pak Wali, yang terdapat di halaman Bontang koran Kaltim Post.
Setiap 3 bulan sekali diadakan dialog dengan ketua RT se-Bontang, dan setiap 6 bulan sekali dialog dengan masyarakat yang disiarkan lewat TV lokal (LNGTV dan PKTV), serta adanya pin “Bersama Membangun Bontang” yang dipakai semua pegawai pemerintah. Hal tersebut menandakan bahwa untuk membangun Bontang bukan hanya aparat Pemerintah, namun semua masyarakat berpartisipasi untuk bersama-sama membangun kota Bontang.
Kepala PKP2A III LAN Samarinda Meiliana melaporkan bahwa penyelenggaraan TOF ini diselenggarakan di kota Bontang sebagai apresiasi terhadap kesungguhan Walikota Bontang dan jajarannya dalam pengembangan SDM Aparatur. Selain itu kota Bontang juga dinilai sukses dalam penerapan program-program pemerintah kota dalam peningkatan kualitas pelayanan publik di berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Sementara itu Principal Advisor SfGG-GTZ Peter Rimmele menyatakan bahwa penyelenggaraan TOF ini akan sangat membantu dalam mempersiapkan fasilitator yang nantinya memfasilitasi penggunaan manual praktis pelayanan publik di daerah. Fasilitator yang handal dan profesional akan membantu aplikasi manual praktis mencapai sasaran yang diinginkan.
Pemerintah Republik Federal Jerman melalui proyek SfGG-GTZ akan tetap memberi bantuan teknik termasuk menyediakan buku manual praktis kepada daerah yang bersedia untuk aplikasi seperti diketahui sejak program aplikasi manual praktis pelayanan publik diluncurkan sudah 15 kabupaten/kota di Indonesia dan 199 unit pelayanan berbagai sektor yang sudah aplikasi.
Deputi Pelayanan Publik Kementerian Negara PAN Cerdas Kaban memandang penyelenggara Diklat TOF ini sebagai langkah awal penerapan untuk LAN mengambilalih pelaksanaan TOF dan aplikasi manual praktis di masa mendatang.
Kementerian Negara PAN bersama GTZ membuat rencana strategis untuk penerapan manual praktis sekurang-kurangnya 50 kabupaten/kota di Indonesia sampai akhir tahun 2009.
Untuk itulah Beliau menyambut baik penyelenggaraan Diklat TOF yang dilaksanakan oleh PKP2A III LAN Samarinda. Cerdas Kaban juga mengungkapkan bahwa dengan TOF VII ini maka nantinya para alumni akan menambah jumlah fasilitator terlatih yang siap ditugaskan di seluruh pelosok tanah air.
Jumlah peserta yang mengikuti diklat TOF ini diutamakan para karyawan Pemerintah kota Bontang yang berhubungan langsung dengan pelayanan masyarakat ditambah peserta dari seluruh kabupaten/kota se-Kaltim. Hal ini berdasarkan kesepakatan hasil rapat koordinasi di Kantor Kementerian PAN di Jakarta.
Sebagai narasumber dan pengajar dalam Diklat TOF terdiri dari Kementerian PAN, SfGG-GTZ, dan LAN; biaya penyelenggaraan TOF ini sepenuhnya dibebankan kepada DIPA PKP2A III LAN Samarinda, pengadaan paket modul TOF dan Fasilitator dari GTZ yang dibebankan kepada proyek SfGG-GTZ, Pemkot Bontang memfasilitasi akomodasi untuk narasumber.
Diharapkan dengan Diklat TOF ini kualitas Pelayanan Publik yang melibatkan partisipasi masyarakat dapat terus ditingkatkan demi mewujudkan kepemerintahan yang baik.

Info Kerjasama

LAN, SfGG-GTZ dan KemPAN Selenggarakan Pertemuan Eksekutif Se-Kalimantan dan Sulawesi di kota Bontang

Pelayanan Publik Dimulai dari Komitmen Pimpinan

Kotak pengaduan sebagai sarana peningkatan pelayanan Publik melalui partisipasi masyarakat menurut Walikota Bontang Andi Sofyan Hasdam sebagai sesuatu yang sangat penting.

Hal ini ditegaskan Walikota dalam acara ”Pertemuan Eksekutif (Eksekutif Meeting) Se-Kalimantan dan Sulawesi” dengan tema Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik melalui Partisipasi Masyarakat di Hotel Equator Bontang pada tanggal 22 April 2008. Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama Pemerintah Republik Federal Jerman melalui proyek SfGG-GTZ bekerjasama dengan Kedeputian Pelayanan Publik Kementerian Negara PAN, PKP2A III LAN Samarinda dan Pemerintah Kota Bontang.
Kotak Pengaduan memiliki fungsi yang sangat penting, karena dengan kotak pengaduan kita bisa mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan yang telah diberikan, dan Pemkot Bontang memiliki komitmen yang kuat dalam rangka memberikan Pelayanan Prima kepada masyarakatnya. Fungsi kotak pengaduan harus dimaksimalkan, memang kendalanya adalah meskipun sudah ada kotak pengaduan disiapkan di setiap unit kerja, namun jarang difungsikan. Buktinya ada kotak pengaduan yang masih kosong. Dan idealnya kunci kotak pengaduan dipegang oleh Kepala Bawaskot. Sehingga saran dan pengaduan yang masuk bisa dipilah-pilah untuk dilaporkan ke Walikota, karena jika dipegang oleh Bawaskot hasilnya bisa lebih obyektif.
Deputi Pelayanan Publik Kementerian Negara PAN Cerdas Kaban menambahkan peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan kebijakan yang sangat penting dimasa Pemerintahan sekarang, yang mana segenap Aparatur terus berusaha secara terencana dan sistematis untuk melakukan reformasi Birokrasi dalam upaya mewujudkan kepemerintahan yang baik melalui pemberian pelayanan yang berkualitas pada masyarakat.
Pelayanan Prima memang harus segera dilaksanakan pada setiap unit/instansi pemerintahan baik pusat maupun daerah. Banyak cara yang bisa digunakan untuk memperbaiki Pelayanan Publik, misal, melalui Perencanaan yang lebih baik, pengembangan kapasitas aparatur dan Penyedia Layanan atau dengan memperkenalkan metode-metode yang partisipatif, contoh melalui pengelolaan pengaduan dan keluhan dari masyarakat melalui kotak saran tadi.
Berusahalah tiap-tiap daerah untuk membeli hati rakyat dengan Pelayanan Prima di daerah masing-masing. Karena orientasi masyarakat sekarang terfokus pada Pelayanan Publik, kata Cerdas Kaban (Deputi Pelayanan Publik Kementerian PAN).
Sebenarnya filosofi Pelayanan Prima itu sangat sederhana, yakni bermula diakhir, dan berakhir dimuka artinya dalam memberikan Pelayanan Prima kepada masyarakat harus lebih efektif dan efisien, tepat waktu dan memuaskan masyarakat. Dikatakan beliau, dibutuhkan satu cara baru yang lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat Pengguna Pelayanan. Cara ini dapat membuat Pemimpin Politik dan Pengambil Keputusan lebih memperhatikan suara atau aspirasi masyarakat. Salah satu hal yang bisa ditempuh agar aspirasi masyarakat mudah terserap, bisa dilakukan dengan membuka Kotak Pengaduan, tandas Cerdas.
Beberapa Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota terlihat hadir dalam Executive Meeting tersebut diantaranya Ir. Adi Darma (Sekkot Bontang), Drs. Yansen TP, M.Si (Sekda Malinau), H. Arifin Hi.Lolo, SH, MH (Sekda Kota Palu), Ir. H.M.Syafruddin Achmad, MM (Setkab Kutim), Drs. H. Helmy Lathyf, M.Si (Sekkab Paser) dan Martoyo, SE (Sekda Kota Palangkaraya).

Welcome Party
Malam hari sebelumnya bertempat di Auditorium Kantor Walikota Bontang dilaksanakan acara ramah tamah (Welcome Party) menyambut tamu para peserta ”Executive Meeting”.
Sejak digulirkannya Otonomi Daerah, Pemerintah Daerah lebih kreatif sehingga pembangunan di Daerah jauh lebih maju dibandingkan jaman sebelumnya, kendati tingkat kreatifitas Daerah berbeda-beda, kata Walikota Bontang Andi Sofyan Hasdam pada acara Welcome Party yang digelar pada tanggal 21 April 2008. Acara ini dihadiri oleh Deputi MenPAN Bidang Pelayanan Publik Cerdas Kaban., Principal Advisor SfGG–GTZ Peter Remmile dan Kepala PKP2A III LAN Samarinda Meiliana, serta jajaran Muspida dan pejabat kota Bontang.
Acara dimulai dengan makan malam bersama, persembahan tari-tarian juga menyemarakkan suasana, setelah itu sudah bisa ditebak Walikota Bontang bersama isteri yang hobi nyanyi melantunkan beberapa lagu. Ibu Neny Sofyan Hasdam membuka dengan lagu Letto, Sebelum Cahaya, ibu Meiliana tampil membawakan lagu karangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Principal Advisor GTZ Peter Rimmele bersama Senior Advisor Tumpal berduet membawakan lagu Batak Lisoi.
Selanjutnya semua Muspida, Sekda, Asisten dan pejabat lainnya di”paksa” naik. Acara diakhiri dengan pemberian cenderamata dan buku karangan Walikota Sofyan Hasdam yang diserahkan kepada Bapak Cerdas Kaban, Peter Rimmele dan ibu Meiliana.

Workshop Manajemen Kinerja Pelayanan Publik


Masyarakat Semakin Kritis Terhadap Kinerja Pelayanan Publik

Kesadaran akan pentingnya meningkatkan peran serta aparatur pemerintahan perlu dibarengi dengan usaha nyata yang terus menerus dilakukan dalam peningkatan kualitas SDM di segala bidang, sehingga menghasilkan SDM yang produktif. Manajemen Kinerja merupakan salah satu aspek penting dalam manajemen SDM yang terkait dengan strategi peningkatan kompetensi.
Tuntutan yang semakin besar dari masyarakat akan pelayanan publik membuat para aparatur harus selalu bergerak aktif dan dinamis untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.
Hal tersebut disampaikan Deputi II LAN Dr. Ismail Mohamad, dalam sambutannya pada acara pembukaan Workshop Manajemen Kinerja. Workshop yang membahas tentang kinerja birokrasi dalam pelayanan publik dilaksanakan oleh Bidang Diklat Aparatur PKP2A III LAN Samarinda bekerjasama dengan PKP2A II LAN Makassar. Kegiatan ini juga didukung oleh Deputi Pelayanan Publik Kementerian Negara PAN dan Proyek Kerjasama Pemerintah Republik Federal Jerman (SfGG-GTZ).
Pada bagian lain Kepala PKP2A III LAN Samarinda Dr. Meiliana, MM, mengemukakan bahwa penyelenggaraan workshop ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang kebijakan strategi pemerintahan dalam peningkatan kualitas pelayanan publik, juga memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peserta, bagaimana memberikan praktek terbaik tentang kinerja pelayanan Publik, dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang terbaik bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik.
Sementara itu, narasumber berkompeten Deputi II LAN Dr. Ismail Muhammad, MBA membuka sesi pertama dengan pemaparan memberikan contoh daerah-daerah yang sudah memberikan praktek terbaik, antara lain dari daerah Jateng, Jogja, Pare-pare, Balikpapan, Jatim.
Kemudian beberapa strategi keberhasilan yang sudah dilakukan masing-masing daerah dalam rangka memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Kemudian dilanjutkan oleh Wakil Bupati Jombang Drs. Ali Fikri. Wakil Bupati yang masih muda ini diundang sebagai narasumber untuk memaparkan pengalaman praktis Pemda Jombang dalam aplikasi manual praktis pelayanan publik di Daerahnya. Dalam pemaparan Wabup Jombang mengatakan bahwa kemajuan yang dialami oleh Kabupaten Jombang merupakan buah dari partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat, disamping aparaturnya yang selalu berusaha melakukan perbaikan pelayanan untuk masyarakat.
Pada dasarnya Kabupaten Jombang dalam memberikan pelayanan Publik berpegang pada konsep otonomi daerah yang mana dengan kewenangan yang dimiliki daerah dapat mengoptimalkan peran serta, pemberdayaan, pelayanan dan prakarsa masyarakat yang bertujuan semata-mata untuk mensejahterakan masyarakatnya, mereka juga menggunakan Manual Praktis Pelayanan Publik sebagai salah satu metode pelayanan Publik yang berbasis partisipasi masyarakat. Penerapan Manual Praktis ini diarahkan pada:
1. Urusan yang berkenaan dengan hajat hidup orang banyak
2. Sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah
3. Merupakan skala prioritas pembangunan daerah.
Strategi awal adalah dimulai dari menampung pengaduan masyarakat yang dikumpulkan, kemudian memilah bagian mana yang bertugas menindaklanjuti pengaduan tersebut.
Salah satu contohnya adalah pada tahun 2004 dan 2005 di bidang pertanian adanya pengaduan petani terhadap pelayanan Pemerintah Daerah, pengaduan orang tua siswa terhadap pelayanan sekolah.

Diskusi yang sangat interaktif
Suasanapun semakin menghangat ketika dibukanya sesi tanya jawab yang dipandu oleh Amir Imbaruddin selaku moderator, beberapa masukan yang disampaikan peserta, diantaranya agar adanya reward berupa penambahan anggaran seiring dengan berjalannya otonomi daerah agar daerah-daerah lebih termotivasi lagi untuk berkembang dan berprestasi. Ditanggapi oleh pak Deputi bahwasanya sudah ada peningkatan dana alokasi umum dan khusus untuk meningkatkan motivasi bagi Kabupaten/Kota untuk mengembangkan daerah masing-masing.
Diskusi semakin hangat ketika Wabup Jombang Drs. Ali Fikri ketika menanggapi pertanyaan peserta workshop tentang bagaimana melayani keinginan masyarakat yang begitu banyak, bagaimana mekanisme pemilahannya, dan apakah ada skala prioritas yang didahulukan dan jika keinginan masyarakat tersebut tidak terpenuhi apakah ada sanksi yang diterapkan. Menjawab pertanyaan tersebut Wabup Jombang menyatakan untuk melayani keinginan masyarakat yang begitu besar, mereka membuat team dan team itulah yang bekerja menganalisa apa saja yang perlu mendapatkan tanggapan yang cepat, kemudian berkaitan dengan sanksi jika ada keinginan masyarakat tidak terpenuhi pemerintah siap menerima kritik, saran dan evaluasi bersama antar warga dan aparat pemerintahan.
Sesi berikutnya Bapak Tumpal Simanjuntak dari SfGG lebih banyak mengupas tentang model pelayanan prima yang telah diberikan kepada beberapa daerah yang sudah bekerja sama dengan GTZ, dan masukan agar GTZ sering melakukan kunjungan kegiatan di wilayah timur, agar dapat juga menularkan pengetahuannya kepada aparat di sana. Dari Kementrian PAN yang diwakili oleh Bapak Drs. Rusdi lebih membahas langkah-langkah ke depan yang akan terus dibenahi oleh Kementrian PAN dalam upayanya untuk meningkatkan kualitas pelayanan Publik.
Acara workshop berakhir dengan penandatanganan Nota Kesepakatan antara peserta workshop, Kedeputian Pelayanan MenPAN, SfGG-GTZ dan LAN yang isinya antara lain:
1. Komitmen dari pemerintahan daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di unit kerja masing-masing
2. Kesediaan untuk menggunakan manual Praktis sebagai model potensial
3. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Aparatur melalui penyelenggaraan Diklat Teknis dan Bimtek Pelayanan Publik
Kesepakatan ini ditandatangani oleh wakil peserta dari Kota Bontang Drs. H. Fakhrullah, M.Si (KPT Kota Bontang), Drs. Masdy Lambri (Bandiklat Prov. Kalteng), Drs. Syahril (Bandiklat Prov. Kaltim), Haryanto, S.Sos., MM (Sintap Parepare) dan Calvaryneke H. Wantania, SH., M.Si (Setda Kota Manado).

Forum Pembinaan Widyaiswara I


Widyaiswara Bisa Berperan Aktif dalam Percepatan Pemberantasan Korupsi

Mengawali ”Makarti Bhakti Nagari” tahun 2008, Pusat Kajian dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III, PKP2A III LAN Samarinda menyelenggarakan Pembinaan Widyaiswara I yang mengangkat Tema ”Peran Widyaiswara dalam Percepatan Pemberantasan Korupsi”.


Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 Januari 2008 bertempat di Aula PKP2A III LAN Samarinda. Kegiatan yang diikuti oleh para Widyaiswara dari Bandiklat Propinsi dan Balai Diklat Teknis di Kaltim tersebut menghadirkan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Kalimantan Timur Andhi Nirwanto SH., MM., sebagai narasumber.

Dalam sambutannya Kepala PKP2A III LAN Samarinda antara lain mengatakan bahwa korupsi sudah menjadi fenomena yang mencemaskan, karena itulah semakin meluas dan merambah pada lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Hal tersebut menjadi penghambat utama dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Ketidakberhasilan pemerintah memberantas korupsi juga semakin melemahkan citra Pemerintah di mata masyarakat. Apabila tidak ada perbaikan yang berarti, maka kondisi tersebut akan semakin membahayakan kesatuan dan persatuan Bangsa.


Sementara itu dalam paparannya Kajati Kaltim Andhi Nirwanto mengemukakan tentang pengertian Bank Dunia dan Lembaga Internasional Transparansi memandang korupsi sebagai penggunaan posisi seseorang di masyarakat untuk mendapatkan keuntungan pribadi secara tidak syah. Dan tindakan korupsi menimbulkan bahaya yang luar biasa atau sangat serius, karena mempengaruhi stabilitas sosial, menghambat perkembangan ekonomi, mengganggu penegakan hukum, meracuni situasi sosial sehingga dapat mengakibatkan kemiskinan sumber daya, penghancuran investasi. Oleh sebab itu tindak pidana korupsi merupakan ” White Collar Crime ” dan digolongkan sebagai kejahatan yang luar biasa (ekstra ordinary crime) maka pemberantasannya harus secara luar biasa pula (ekstra ordinary counter measures).

Kajati Kaltim mengemukakan bahwa seorang widyaiswara diharapkan tidak hanya mampu mengembangkan program peningkatan kualitas aparatur yang bebas KKN, namun juga berperan aktif dalam pemerintahan sesuai dengan lingkup tugasnya yaitu meningkatkan pemberdayaan perangkat-perangkat pendukung dalam pencegahan korupsi. Tujuannya adalah untuk menegakkan prinsip ”rule of law”, memperkuat budaya hukum dan memberdayakan masyarakat dalam proses pemberantasan korupsi, khususnya aparatur negara sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tujuan terciptanya good governance.


Pada kesempatan yang sama narasumber mengemukakan bahwa Widyaiswara memiliki peran dalam percepatan pemberantasan korupsi melalui tindakan preventif. Adapun tindakan/upaya preventif antara lain:
1. Meningkatkan integritas moral penyelenggara negara dengan cara membimbing atau memfasilitasi peserta diklat dengan memberikan materi yang dapat meningkatkan integritas moral
Para widyaiswara bidang mata diklat etika moral, etika profesi, agama, manajemen dan kepemimpinan untuk dapat menularkan pengetahuan dan keterampilannya.
2. Membudayakan gerakan masyarakat anti korupsi
Para widyaiswara dapat mempelopori terbentuknya kelompok masyarakat ataupun LSM untuk memerangi korupsi, melakukan sosialisasi tentang seiusnya bahaya korupsi bagi kehidupan sosial.
3. Melakukan kajian terhadap peraturan perundang-undangan
Kajian terhadap peraturan perundang-undangan yang mempunyai celah-celah yang dapat dimanfaatkan untuk tindak pidana korupsi, memberikan saran atau rekomendasi untuk penyempurnaan sistem pemerintahan yang lebih baik.
4. Melakukan Riset dan mempublikasikan hasil-hasilnya
Para widyaiswara baik secara pribadi maupun tim melakukan penelitian ilmiah atau riset tentang perkara/modus operandi yang erat kaitannya dengan white collar crime yang sarat dengan korupsi kemudian mempublikasikannya.
5. Memasukkan mata diklat tentang tindak pidana korupsi di dalam kurikulum untuk diajarkan kepada peserta diklat.


Suasana pun semakin menghangat ketika dibukanya sesi tanya jawab yang dimoderatori oleh Kabid Diklat Aparatur PKP2A III LAN Bapak Andi Taufik. Narasumberpun melayani pertanyaan audiensi dengan kapasitasnya sebagai Kajati.


Akhirnya acara ditutup dengan kesimpulan bahwasanya korupsi merupakan kejahatan luar biasa dan harus diberantas secara luar biasa pula baik preventif maupun represif. Widyaiswara pun dapat memainkan perannya dalam percepatan pemberantasan korupsi dan dengan diberantasnya korupsi di Indonesia secara terus menerus diharapkan pada tahun 2020 Indonesia bebas korupsi sehingga pada tahun 2025 diharapkan Indonesia menjadi negara yang mandiri, maju dan adil dan makmur dapat terwujud.

Info Diklat

Masih Banyak Pengelola Diklat yang Belum Kompeten



PKP2A III LAN selenggarakan Diklat MOT untuk para Manajer Diklat

Diklat Management of Training (Diklat bagi Pengelola Diklat)yang dibuka pada tanggal 18 Februari 2008 ini berlangsung selama 12 hari hingga tanggal 01 Maret 2008 dan bertempat di kantor PKP2A III LAN Samarinda di Jalan MT. Haryono No. 36, Samarinda, Kalimantan Timur. Kepala PKP2A III LAN Samarinda Dr. Meiliana yang membuka kegiatan Diklat ini mengatakan bahwa tujuan umum diselenggarakannya Diklat bagi Pengelola Diklat ini adalah untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan yang lebih baik dalam mengelola diklat secara lebih professional, Diklat ini juga diharapkan dapat memberi bekal kepada peserta agar memiliki kemampuan dan karakteristik berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan sebagai pengelola diklat.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu sarana dalam meningkatkan kualitas SDM Aparatur adalah melalui pendidikan dan pelatihan. Kendati upaya ini masih belum optimal namun demikian berbagai upaya yang dilakukan LAN sebagai Instansi Pembina Diklat dengan membenahi kelembagaan Diklat bersama SDM Pengelolanya terus menerus dilakukan.
Diklat masih dipandang sebagai alat untuk meningkatkan kualitas SDM Aparatur dalam rangka tercapainya dayaguna dan hasil guna pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Oleh karenanya, penyelenggaraan Diklat Aparatur harus benar-benar ditangani secara handal dan profesional. Untuk itu diperlukan SDM pengelola Diklat yang terlatih dan profesional. Mengikuti Diklat MOT menjadi salah satu standar kompetensi bagi para manajer diklat.
Pada kesempatan yang sama Kepala Direktorat Pembinaan Diklat Aparatur Lembaga Administrasi Negara Drs. Nasry Efendy, M.Sc mengemukakan bahwa sesuai dengan kompetensi yang diperlukan bagi pengelola diklat, maka struktur kurikulum diklat bagi pengelola diklat terdiri atas tiga kelompok yaitu: wawasan, kemampuan dan aktualisasi. Struktur wawasan diarahkan pada pemahaman dan kemampuan peserta dalam penyusunan informasi diklat, prinsip-prinsip pembelajaran andragogi, serta hal-hal yang berkenaan dengan kebijakan diklat aparatur. Struktur kemampuan dimaksudkan agar peserta mempunyai pemahaman dan kemampuan mengelola diklat yang meliputi analisis kebutuhan diklat, rancang bangun program diklat, perencanaan kegiatan dan anggaran diklat. Di samping itu diharapkan pula peserta lebih mampu memahami diklat sebagai suatu sistem, mampu melaksanakan pemantauan dan pengendalian, pengelolaan sumber daya diklat serta melakukan jejaring kerja (networking) yang lebih professional. Sedangkan struktur aktualisasi dimaksudkan untuk memberi kemampuan peserta agar selalu mengikuti perkembangan dan inovasi tiada henti sebagai pengelola diklat khususnya dalam membangun komitmen pembelajaran, penyusunan rencana tindak lanjut serta dalam mempersiapkan observasi lapangan bagi peserta diklat.
Peserta yang mengikuti diklat MOT ini berjumlah 21 orang yang merupakan pejabat struktural dan staf potensial yang lingkup tugasnya menangani Pendidikan dan Pelatihan serta Perencanaan dan Pengembangan SDM Aparatur di wilayah Kalimantan. Sedangkan yang menjadi fasilitator dalam kegiatan ini antara lain: Ir. Akhmad Sirodz, MP., Dra. Ernawati Sabran, serta 5 (lima) narasumber terakhir merupakan narasumber dari Jakarta yaitu Ir. Sri Ratna, MM., Drs. Nasry Effendi, M.Sc., MM., Drs.Aminuddin Maliki, M.Ed., Drs. Baseng, M.Ed., dan Dr. P. Marpaung, M.Sc. Dalam pelaksanaan kegiatan Diklat ini, para fasilitator menyampaikan materi melalui ceramah yang dikombinasikan dengan tanya jawab, diskusi dan latihan. Juga melalui pendalaman materi, dimana peserta diberi latihan untuk saling bekerja sama dan berkomunikasi secara aktif dalam berfikir, mengidentifikasi, membahas dan memecahkan masalah yang menjadi topik pembahasan. Walaupun berlangsung cukup lama (± 12 hari), para peserta merasa puas karena selain menyajikan materi, para fasilitator juga menambah semangat para peserta diklat dengan mengadakan games/permainan-permainan yang selain berfungsi untuk menambah pengetahuan peserta juga berfungsi sebagai sarana penyegaran sekaligus untuk meningkatkan keakraban dan menumbuhkan rasa kerja sama di antara para peserta diklat dengan adanya komunikasi yang aktif dan menyenangkan.
Selain ceramah dan pendalaman materi, metode pembelajaran lain yang digunakan oleh fasilitator dalam kegiatan ini yaitu studi banding (observasi lapangan). Dalam pelaksanaan observasi lapangan ini, para peserta diharuskan untuk terjun langsung dan mengamati dari dekat cara kerja atau sistem yang dijalankan di tempat mereka melakukan observasi. Dalam diklat MOT ini, para peserta dibagi dalam 2 kelompok yang terdiri dari 10 orang yang melakukan observasi di PKP2A III LAN Samarinda untuk mengamati bagaimana Sistem Jejaring Kerja dan SIDA serta Rancang Bangun Program, Bahan Diklat dan Manajemen Anggaran Diklat yang dilaksanakan oleh LAN Samarinda. Sedangkan kelompok kedua yang terdiri dari 11 orang lainnya mengamati jalannya Pengelolaan dan Pemberdayaan SDM dan Lembaga Diklat serta Pemantauan, Evaluasi dan Pengendalian Diklat di Badan Diklat Provinsi Kalimantan Timur.
Setelah melakukan observasi dan melihat langsung kinerja di instansi pembina diklat, para peserta kembali ke ruang kelas untuk mendiskusikan hasil yang telah mereka peroleh dan menyusunnya dalam bentuk laporan yang kemudian akan dipresentasikan dalam seminar yang diselenggarakan pada hari akhir penyelenggaraan diklat pada tanggal 01 Maret 2008. Dalam seminar ini para peserta memaparkan hasil diskusi mereka yang kemudian akan ditanggapi oleh Drs. Andi Taufik, M.Si. selaku Kepala Bidang Diklat Aparatur LAN Samarinda dan Dr. P. Marpaung, M.Sc. selaku fasilitator pada mata diklat observasi lapangan tersebut.
Setelah presentasi dilakukan oleh seluruh kelompok yang mengikuti diklat ini, acara kemudian dilanjutkan dengan penutupan oleh Kepala Pusat PKP2A III LAN Samarinda Dr. Meiliana, SE, MM, yang didampingi oleh Kabid Diklat Aparatur PKP2A III LAN Samarinda Drs. Andi Taufik, M.Si., dan Widyaiswara Luar Biasa Lembaga Administrasi Negara Dr. P. Marpaung, M.Sc.
Pada acara penutupan ini disampaikan pula kata sambutan dari perwakilan peserta oleh Ir. Asmirilda dari UPTD BPTP Kaltim yang juga terpilih sebagai peserta terfavorit pada diklat MOT. Pada acara penutupan ini, diserahkan pula sertifikat dan kenang-kenangan sebagai bentuk ucapan terima kasih dan penghargaan kepada para peserta yang telah mengikuti Diklat Bagi Pengelola Diklat ini.




Berikut Daftar Nama Peserta MOT dan Instansinya:
No Nama Instansi
1 Drs. Muhammad Sarwani, MM Badan Diklat Banjarmasin
2 Dra. Rohmany, M.Si Badan Diklat Prov. Kaltim
3 Rusdiansyah, SH Badan Diklat/BADL Samarinda
4 Sitti Arifah, S.Sos Badan Diklat/BADL Samarinda
5 Drs. Zulkifli AS Badan Diklat/BADL Samarinda
6 Ir. Aang Djuanda Balai Diklat Kehutanan Samarinda
7 Ir. Ardiansyah Balai Diklat Kehutanan Samarinda
8 Ir. Sarrang Massora Balai Diklat Kehutanan Samarinda
9 Yulius D. DJ, SH., M.Si BKD Kab. Sanggau
10 Hj. Silvia Rahmadina, AP BKD Kota Tarakan
11 Alvi Juni Rahmawati BKKBN
12 Andre Hermawan, ST BLKI Samarinda
13 Eka Widarjanta, Amd BLKI Samarinda
14 Ir. Aminullah Dinas Perindagkop
15 Sadrak Pole, BE., SE Dinas Perindagkop
16 Syahiddin, S.Pd Kantor Bahasa Prov. Kaltim
17 Mispoyo, M.Pd LPMP Kaltim
18 Dra. Pertiwi Tjitrawahjuni, M.Pd LPMP Kaltim
19 Rumbinah, S.Pd LPMP Kaltim
20 Hj. Lasmiati, SE PKP2A III LAN
21 Ir. Asmirilda UPTD BPTP Sempaja

SAMBUTAN Kepala Pusat Kajian dan Diklat Aparatur III LAN Samarinda


Sebagai pimpinan di PKP2A III LAN Samarinda, saya tentunya merasa senang dan menyambut baik penerbitan Majalah Training Development (TD). Salah satu tujuan pendirian LAN di Samarinda adalah untuk mendekatkan pelayanan LAN kepada pengguna jasanya. Itulah sebabnya banyak kegiatan yang inovatif dan kreatif selalu diluncurkan jajaran LAN di Samarinda yang tentunya dalam rangka memberikan pelayanan dan bhakti yang terbaik untuk kemajuan bangsa.

Kendati keberadaan PKP2A III LAN samarinda terhitung masih muda (didirikan tahun 2005) akan tetapi PKP2A III LAN Samarinda berupaya untuk terus melakukan berbagai aktifitas untuk mensejajarkan diri dengan Pusat LAN lainnya yang sudah puluhan tahun berdiri. Dengan sumber daya manusia yang sangat terbatas baik dari sisi jumlah dan pengalaman serta keterbatasan sarana dan prasarana kerja, tidak sampai menyurutkan semangat jajaran LAN di Samarinda untuk terus berkarya dan berkreasi. Salah satunya adalah dengan diterbitkannya Majalah TD yang menjadi media informasi dan komunikasi Diklat Aparatur di Indonesia khususnya di Kalimantan.

Penerbitan Majalah TD ini akan semakin melengkapi media publikasi PKP2A III LAN setelah sebelumnya Bidang Kajian juga menerbitkan Jurnal Borneo yang mempublikasikan tulisan ilmiah dan populer dari para pakar dan praktisi. PKP2A III LAN Samarinda juga sudah menerbitkan beberapa buku yang merangkum hasil kajian yang dilakukan di Samarinda. Dengan diterbitkannya Majalah TD oleh Bidang Diklat Aparatur tentunya akan sangat penting dalam menginformasikan berbagai kebijakan Diklat kepada semua Aparatur. Majalah ini juga diharapkan akan menjadi media informasi komunikasi di kalangan instansi penyelenggara Diklat, para widyaiswara, alumni Diklat dan pemerhati pengembangan SDM Aparatur lainnya khususnya di Kalimantan.

Saya ucapkan selamat, semoga berkesinambungan.


Dr. Meiliana, SE. MM.

SAMBUTAN KEPALA LAN


Media Bisa Membangun “Citra Luar” Organisasi

Dengan senantiasa memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, saya menyampaikan apresiasi yang besar terhadap berbagai upaya yang dilakukan jajaran Lembaga Administrasi Negara untuk membangun dan meningkatkan citra organisasi.

Sebuah media dibuat untuk dapat mengkomunikasikan berbagai informasi berkaitan dengan perkembangan kinerja organisasi agar dapat diketahui oleh para “customer”. Ini yang kita sebut dengan membangun “Citra Luar” agar para pengguna jasa dapat lebih memahami, mengetahui, dan mengerti berbagai hal berkaitan dengan perkembangan lingkungan organisasi yang semakin cepat.

Saya merasa bangga dan senang dengan terbitnya majalah “Training & Development” ini. Hal ini tentunya harus kita sambut dengan baik. Selain menambah jumlah penerbitan di lingkungan LAN, penerbitan ini juga tentunya akan dapat menginformasikan beragam kegiatan dan kemajuan yang telah diukir oleh jajaran LAN di Kalimantan. Dengan hadirnya majalah ini maka diseminasi informasi berkaitan dengan posisi LAN sebagai instansi Pembina Diklat Aparatur sesuai dengan PP 110/2000 akan semakin baik dan ini tentunya secara signifikan akan meningkatkan ”Citra Luar” yang diperlukan organisasi.

Sebuah penerbitan akan bertahan dan menjadi lebih baik jika dikelola dengan manajemen yang baik dan dengan sumber daya manusia yang profesional. Saya percaya bahwa ini adalah sebuah proses untuk menjadi lebih baik, sehingga jika dapat mempertahankan frekwensi terbit dan menjaga kualitas informasi yang disajikan, bukan tidak mungkin majalah ini akan sangat dinantikan oleh pembacanya. Saya berharap agar penerbitan ini dapat dikelola dengan baik dan menjaga agar penerbitannya berkesinambungan.

Semoga kehadiran majalah ini dapat lebih memantapkan langkah Lembaga Administrasi Negara dalam membangun sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaya saing tinggi. Saya ucapkan selamat dan sukses kepada Pengelola, semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam aktivitas kita.


Sunarno SH., M.Sc.