Dari Redaksi


Pergantian Pucuk Pimpinan LAN

Pembaca yang berbahagia,
Selama perjalanan di tahun 2008 ini, kami punya banyak sekali pengalaman yang kami dapatkan. Semua tentunya akan menjadi refleksi untuk menyertai perjalanan pengabdian kami dalam kehidupan di tahun berikutnya.

Peristiwa penting juga mewarnai kehidupan organisasi. Pergantian pucuk pimpinan LAN nampaknya menjadi peristiwa pamungkas dari sekian banyak peristiwa penting lainnya. Suksesi Pimpinan LAN sangat ”mewarnai” setiap proses aktifitas organisasi. Pertemuan rutin dan non rutin, pembukaan dan penutupan Diklat, acara keagamaan dan sosial, acara formal dan informal, secara langsung atau tidak cukup menyerap energi dan sumber daya lainnya dalam memberi nuansa pergantian tersebut.

Siklus organisasi bekerja seirama dengan hukum alam Sunnatullah. Ada siang ada malam, ada hidup ada mati, ada yang datang dan ada yang pergi. Pemimpin punya masa pengabdian suatu saat pasti akan berakhir, dan pada masa itu lah peristiwa dan nilai kepemimpinan dinilai oleh manusia dan Tuhan. Dalam mempelajari kepemimpinan Peter F Drucker mengatakan bahwa ada banyak pelajaran yang bisa diambil. Pertama, di dunia ini banyak sekali ”pemimpin karena bakat”, tetapi sedikit sekali dari mereka yang bisa diandalkan. Kedua, bahwa ”kepribadian pemimpin”, ”gaya kepemimpinan” dan ”sifat kepemimpinan” itu tidaklah ada. Karena itulah kepemimpinan harus dan dapat dipelajari, dan karena itu pula para pemimpin harus terus belajar.

Pemberitaan seputar suksesi pimpinan akan mewarnai terbitan akhir tahun ini. Terlepas dari urusan tentang suksesi Kepala LAN, redaktur kami tetap menurunkan berita rutin lainnya diantaranya kegiatan Bidang Diklat Aparatur PKP2A III LAN Samarinda dari berbagai tempat diantaranya kegiatan di Banjarbaru, Pontianak dan Samarinda, dan juga kegiatan organisasi di Banda Aceh dan Jakarta. Kegiatan lain yang juga disampaikan ke pembaca adalah kerjasama dengan Sekretariat Nasional PTKYB BAPPENAS dan kerjasama dengan Dinas Perkebunan Propinsi Kaltim. Periode laporan kegiatan tentunya pada bulan September hingga Desember saat Majalah TD naik cetak, nah pembaca yang budiman, selamat menikmati.

Salam hangat kami dari kota TEPIAN Samarinda
Redaktur

FORUM PEMBINAAN WIDYAISWARA IV DI SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR



Skenario Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi SDM Aparatur ”

Kompetensi para widyaiswara wajib dan perlu dikembangkan secara sistematis dan berkelanjutan untuk memaksimalkan hasil diklat

Dalam upaya meningkatkan kompetensi Widyaiswara, maka Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III Lembaga Administrasi Negara menyelenggarakan kegiatan pembinaan Widyaiswara IV dengan tema ” Skenario Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi SDM Aparatur” pada tanggal 11 September 2008 bertempat di Aula Kantor PKP2A III LAN Samarinda dengan menghadirkan narasumber DR.P.M. Marpaung, M.Sc.
Dalam paparannya, narasumber mengatakan bahwa penyelenggaraan diklat dalam jabatan PNS ini wajib berkoordinasi dengan instansi pembina (LAN) dan instansi teknis sesuai paket diklat yang diikuti. Melalui diklat ini, pola pikir dan sudut pandang (mindset) PNS wajib dikembangkan secara komprehensif sesuai tugas dan tanggungjawabnya. Begitupula dengan kompetensi para widyaiswara wajib dan perlu dikembangkan secara sistematis dan berkelanjutan untuk memaksimalkan hasil diklat, sehingga tercapai tujuan pemerintahan yaitu untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Seorang widyaiswara dituntut kreativitasnya dalam merancang dan membangun suatu metode diklat baru, dan harus jeli melihat potensi kearifan lokal daerah.
Peserta Kegiatan Pembinaan Widyaiswara IV ini adalah para Widyaiswara Provinsi Kalimantan Timur dan Widyaiswara Provinsi Kalimantan Selatan yang berjumlah 23 orang.
Forum ini juga membuka diskusi tanya jawab dengan dipandu moderator widyaiswara dari LAN Samarinda yaitu Ir. H. Akhmad Sirodz, MP. Para widyaiswara menanyakan bagaimana dengan keinginan yang besar dari para widyaiswara untuk mengaktualisasikan diri yang selalu terbentur dengan anggaran dan seperti dianaktirikan. Narasumber menjawab bahwa wajib bagi seorang widyaiswara untuk aktualisasi diri tidak perlu mengunakan anggaran, tetaplah bekerja cerdas, memang mungkin sudah ter”plot” di anggaran tapi mungkin saja dipergunakan untuk yang lain. Selain itu, para widyaiwara sangat mengharapkan kastanisasi segera dihilangkan karena sangat kesulitan dengan pengumpulan angka kredit, menurut narasumber sedang diusahakan agar widyaiswara yang mengajar di bawah levelnya tetap mendapatkan angka kredit dan untuk lebih jelasnya silahkan menghubungi Kaditbin Widyaiswara.
Dalam suatu diklat sangat sulit untuk menolak peserta yang tidak masuk dari kriteria, tapi sudah dikirim dari instansi. Dijawab oleh narasumber bahwa mestinya yang berperan dalam pengiriman peserta diklat adalah BKD (Badan Kepegawaian Daerah), karena merekalah yang paling tahu jenis diklat dengan kesesuaian peserta yang akan dikirim, karena tentunya penyelenggaraan suatu diklat diharapkan dapat menambah kompetensi diklat itu sendiri. Forum pembinaan widyaiswara IV ini ditutup dengan acara buka puasa dan sholat Magrib bersama.