Opini

KEPATUHAN ATAU KOMITMEN
Oleh : Drs. Andi Taufik, M.Si.
Tempat kita bekerja adalah tempat dimana kita menghabiskan sebagian waktu kita untuk berbakti dan mengabdi bagi kemanusiaan, bagi bangsa dan bagi negara. Tempat kita bekerja adalah tempat kita mengartikulasikan cita rasa dan karsa. Setiap orang kendati berbeda dalam takarannya tetap memilki ketiga hal tersebut. Perwujudannya membutuhkan suatu konsep yang disebut dengan pemberdayaan (empowerment). Asumsi dasarnya sederhana, setiap orang pada dasarnya memiliki power. Tetapi karena satu dan lain hal, terutama suasana tempat kita bekerja menyebabkan power seseorang tidak dapat dikeluarkan dalam bentuk kinerja.

Dalam suasana kerja yang kondusif, seorang karyawan berusaha membuktikan bahwa power yang dimilikinya merupakan asset yang dapat menjadikan kinerja organisasinya dapat menjadi lebih baik. Namun demikian tempat kerja sering kali menjadi tempat yang “dingin”, dimana masalah-masalah komunikasi intrapersonal dan interpersonal, masalah-masalah pribadi yang menghinggapi diri karyawan seolah-olah tidak layak dibicarakan, tempat bekerja enggan memberi ruang bagi terciptanya komunikasi untuk memecahkan masalah-masalah pribadi. Padahal, masalah ini seringkali sangat menyita energi. Secara fisik kita ada di kantor, tetapi tidak secara mental. Pikiran kita ada dimana-mana.

Sering kali ada karyawan yang mengalami cobaan yang cukup berat dalam hidupnya, salah seorang anggota keluarganya sakit keras, namun ia tetap dapat menunjukkan bahwa ia dapat bekerja dengan baik, ia mampu merahasiakan masalahnya lalu menggantinya dengan kerja yang lebih baik, namun sebaliknya ada pula karyawan yang mengalami cobaan yang cukup berat dalam hidupnya, lalu karena tekanan batin yang sangat kuat dan karena ia tak mampu mengkomunikasikan masalah yang dihadapinya berakibat pada menurunnya kinerja, ia tidak berbuat apa-apa, lingkungan kantor tak dapat meresponnya, rekan sejawat tak mampu berbuat apa-apa demi meringankan beban hidupnya. Celakanya pimpinannya pun tak tahu menahu apa yang sedang terjadi terhadap diri karyawannya. Padahal kita semua sejatinya adalah pemimpin, dan sebagai pemimpin, tugas kita yang utama hanya satu : “memberdayakan” dan bukan “memperdayakan”.

Seorang pemimpin yang efektif tahu pasti ia akan mendahulukan orang diatas tugasnya. Ia juga tidak akan pernah menganggap remeh masalah-masalah individu. Ia sangat paham bahwa masalah individu akan selalu berdampak pada kinerjanya. Pemimpin yang baik tidak hanya membeli tangan seseorang, tetapi juga membeli pikiran dan hatinya. Pikiran adalah tempat kreativitas, tempat kecerdasan dan akalnya berada. Sementara hati seseorang adalah tenpat antusiasme dan loyalitas. Dari sinilah sikap kepatuhan dan komitmen karyawan muncul. Karena harus melaksanakan tugas, akhirnya ia “seolah-olah” menjadi patuh terhadap apa saja yang diperintahkan atau yang menjadi kewajibannya dalam pekerjaan, pikiran dan hatinya entah dimana.
Yang perlu diingat adalah orang hanya akan bekerja dengan baik kalau mereka merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan nyaman dengan lingkungan kerjanya. Orang akan merasa nyaman kalau mereka dihargai, didengarkan, diakui dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Kondisi ini akan menciptakan energi yang luar biasa yang akan disalurkan dalam bentuk kinerja, ini pula yang disebut oleh Andre Wongso sebagai dahsyatnya kekuatan cinta dan perhatian.

Tidak terlalu sulit untuk mewujudkan semuanya, langkah mudah untuk melakukan empowerment adalah dengan banyak memberikan pujian, mengakui dan mendengarkan orang lain. Jangan pernah sekalipun menjatuhkan harga diri orang lain karena harga diri adalah segala-segalanya bagi setiap orang. Pernyataan ini mungkin bisa menjadi renungan kita “ Berhentilah mengembangkan organisasimu, kembangkanlah sikap orang-orang yang ada didalamnya ”. Terkadang memang kita mengalami kesulitan untuk membedakan kepatuhan (compliance) dengan komitmen. Setidaknya perlu kita menyimak pendapat Arvan Pradiansyah yang mengatakan “Orang yang patuh hanya bekerja dengan tangan dan kakinya, sedang orang yang memiliki komitmen bekerja dengan pikiran dan hatinya”. Kepatuhan atau loyalitas penting tetapi jauh lebih penting adalah komitmen.

1 komentar: