PERAN STRATEGIS WIDYAISWARA DALAM REFORMASI ADMINISTRASI





Widyaiswara sebagai salah satu ujung tombak dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Aparatur memiliki peran yang strategis dalam memainkan perannya dalam reformasi administrasi. Gelombang demokratisasi berupa tuntutan agar birokrasi pemerintah lebih akuntabel (secara hukum, politik dan manajerial) merupakan salah satu sumber pendorong Reformasi Administrasi.
Reformasi Administrasi yang dilakukan dari sisi sumber daya manusia (SDM) diarahkan pada mengubah karakteristik lama yang masih berorientasi kepada peraturan, loyalitas dan senioritas menjadi berorientasi kepada pelayanan serta mengedepankan kompetensi dan kinerja.
PKP2A III LAN Samarinda membuka awal tahun 2009 dengan melakukan Pembinaan Widyaiswara I, kegiatan dilaksanakan di Aula PKP2A III LAN Samarinda jalan MT.Haryono pada tanggal 22 Januari 2009, dengan mengambil tema ” Peran Widyaiswara dalam Implementasi Reformasi Administrasi”.
Kegiatan rutin yang dilakukan ini sebagai sarana untuk terus melakukan pembinaan terhadap para widyaiswara yang ada di wilayah Kalimantan dan merupakan upaya dilakukan secara kontinyu dan konsisten dalam menjalankan tupoksi LAN sebagai instansi pembina diklat aparatur khususnya Widyaiswara.
Widyaiswara sebagai agent of change diharapkan mampu mentransformasi ilmu yang dimiliki serta sebagai Inspirator dan Motivator dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Aparatur PNS. Tidak hanya kemampuan intelektualnya tapi juga kematangan emosionalnya agar nantinya dapat dihasilkan SDM yang berkualitas.
Widyaiswara juga diharapkan memiliki pengetahuan dan memahami mengenai Reformasi Administrasi, serta memiliki kemauan dan kemampuan untuk meningkatkan kualitas diri sebagai seorang agen perubahan. Acara ini menghadirkan narasumber Dr. Muhammad Taufik, DEA dan Drs. Basseng M.Ed.
Dr. Muhammad Taufik, DEA memaparkan bahwa tujuan Reformasi Administrasi, dari bidang politik (democratization) adalah terwujudnya birokrasi yang netral, non diskriminatif dan akuntabel kepada wakil rakyat serta mampu mendorong peran serta masyarakat, sedangkan dari bidang ekonomi (efficiency) untuk mewujudkan birokrasi yang mampu bekerja efisien, dan produktif. Bidang Sosial (social enabler), reformasi administrasi bertujuan untuk terwujudnya birokrasi yang responsif terhadap harapan dan kebutuhan masyarakat. Dan Faktor kunci keberhasilan reformasi administrasi adalah profesionalisme para aparaturnya, yaitu dalam hal penguasaan kompetensi untuk melaksanakan tugas, komitmen untuk mengembangkan kompetensi, komitmen dan orientasi terhadap pelayanan, menjunjung tinggi etika profesi.
Narasumber lain Drs. Basseng, M.Ed dalam paparannya, lebih menekankan dari sisi diklatnya, dalam artian bahwa DIKLAT bukan sekedar transformasi informasi tetapi lebih kepada pengembangan identitas peserta diklat. Hal ini membutuhkan pemahaman apa yang diketahui oleh peserta diklat, siapa mereka, apa nilai-nilai yang dianut, dan bagaimana mereka berpikir tentang peranannya atau partisipasinya dalam lingkungan kerja dan masyarakat luas. Karenanya peran Widyaiswara sangat penting sebagai agent of change yang mampu memainkan perannya sebagai model dengan menunjukkan kemauan untuk belajar dan berubah, Widyaiswara yang mampu menerapkan konsep kualitas dalam proses pembelajaran untuk perbaikan secara terus menerus, mampu mendorong peserta diklat untuk mengenali tuntutan/kebutuhan akan perubahan di lingkungannya, serta mengevaluasi sikap dan persepsinya terhadap kondisi saat ini dengan menerapkan “strategi kontras dan konfrontasi”, mampu mendorong peserta diklat untuk berani melakukan dan mengevaluasi perannya saat ini dalam menciptakan perubahan di lingkungannya.(Humairah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar